Jumat, 09 November 2012

Profil Singkat

Nama Lengkap : Moh. Iqra
Nama Pangilan :  Iqra
TTL  : Desa Abason, 15 Desember 1990
Alamat : - Desa Abason, Kec. Totikum, Kab. Banggai Kepulauan
             - Jln. K.S Tubun No. 27 A Kel. Besusu Tengah, Kec. Palu Timur, Palu-Sulawesi Tengah
Pekerjaan : Mahasiswa/Penganguran
Riwayat Pendidikan:
1. SDN. Inpres Abason (1997-2003)
2. SMP. Negeri 2 Totikum (2003-2006)
3. Madrasah Aliyah Asy-Syifaa Totikum (2006-2009)
4. Universitas Tadulako Palu, Fak. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jur. Ilmu Komunikasi (2009-Sekarang)

Pengalaman Organisasi
1. Pengurus Osis MA Asy-Syifaa Totikum (2007-2008)
2. Ketua Komisariat PII MA Asy-Syifaa Totikum (2007-2008)
3. Ketua Bidang Eksternal PD PII Kab. Banggai Kepulauan (2009)
4. Ketua Bidang Eksternal PW PII Sulawesi Tengah (2010)
5. Sekretaris Umum PW PII Sulawesi Tengah (2011)
6. Ketua Umum PW PII Sulawesi Tengah (2011-2013)
7. Ketua Umum Ikatan Pemuda Banggai Kepulauan (IPBK) Palu-Sulawesi Tengah (2012-2014)

Pengalaman Training/Pelatihan
1. Basic Training Pelajar Islam Indonesia (PII) di Bangkep tahun 2007
2. Intermediate Training Pelajar Islam Indonesia (PII)  di Palu tahun 2009
3. Advanced Training Pelajar Islam Indonesia (PII) di Palu tahun 2010
4. Pelatihan Instruktur Dasar PII di Palu tahun 2011
5. Pelatihan Kader/Duta Anti Narkoba Sulawesi Tengah di Palu tahun 2012
6. Jambore Pemuda Indonesia (JPI)-Asean di Palu tahun 2012

Forum Musyarawah yang pernah di ikuti:
1. Kongres IPBK Palu-Sulteng tahun 2010 di Palu
2. Muktamar Nasional PII tahun 2010 di Banten
3. Rapat Pimpinan Nasional PII tahun 2011 di Bandung-Jawa Barat
4. Musyarawah Nasional (MUNAS) KB PII tahun 2011 di Balik Papan-Kaltim
5. Sidang Dewan Pleno Nasional PII tahun 2012 di Bogor-Jawa Barat
6. Kongres IPBK Palu-Sulteng tahun 2012 di Palu-Sulteng
7. Muktamar Nasional PII tahun 2012 di Palu-Sulteng




Rabu, 07 November 2012

Pemkab Dinilai Kurang Peduli

*** Status Asrama Bangkep Bersifat Sewa dan Menunggak


BANGKEP - Mahasiswa asal Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep) yang sedang studi di Kota Palu mengeluhkan keberadaan asrama Bangkep di Palu. Ketua Umum Ikatan Pemuda Banggai Kepulauan (IPBK) Palu-Sulteng, Moh Iqra, mengatakan, Pemkab Bangkep selama ini kurang peduli dengan keberadaan mahasiswa di Palu, buktinya Pemkab Bangkep ternyata berutang kepada pemilik asrama Bangkep di Palu. “Data IPBK Palu-Sulteng, bahwa di Kota Palu, ada sekitar 500 lebih mahasiswa asal Banggai Kepulauan yang sedang studi di beberapa Perguruan Tinggi, sekitar 75 persen mahasiswa tersebut berekonomi lemah. Saat ini Pemerintah Daerah hanya menyediakan 1 buah Asrama, dengan Kapasitas 15 orang. Itu pun belum dibayar kepada pemilik rumah,” ujarnya kepada Radar Sulteng, kemarin.
Lebih lanjut dikatakannya, sebenarnya asrama Mahasiswa Bangkep di Palu ada dua buah, akan tetapi asrama yang satu sudah tinggalkan, alasannya, asrama itu hanya  disewa, dan k arena Pemkab menunggak  bayar sewa selama tiga bulan,  maka mahasiswa diusir oleh pemilik asrama sewaan itu.
Menurutnya, Pemerintah Daerah kurang merespons usulan Mahasiswa terkait pengadaan Asrama bagi para Mahasiswa, padahal menurut, keberadaan Asrama Mahasiswa yantg lebih luas dan permamen, bukan sewaaan, sangatlah  penting dan strategis, khususnya bagi mahasiswa yang berekonomi lemah, disamping itu juga, asrama Mahasiswa dapat digunakan sebagai wahana untuk mengasah intelektual dan membentuk mentalitas para Mahasiswa.
Asrama Mahasiswa yang ada saat ini meskipun sewaan, kata Moh Iqra, juga berfungsi sebagai tempat transit administrasi surat menyurat dari Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah Kabupaten Bangkep, “Setiap surat dari Pemprov, itu transit di Asrama dan kami yang akan distribusikan ke Pemkab Bangkep. Tapi ketika  kami usulkan penambahan Asrama, Pemerintah Daerah seakan menutup mata,” kesal Iqra.
Bulan Agustus lalu terangnya, Bupati Bangkep Lania Laosa telah berjanji, akan memberikan Anggaran Asrama kepada Mahasiswa di Palu dan Gorontalo, tapi sampai ini belum dipenuhi. “Pada salah satu visi dan misi beliau adalah mengembangkan SDM, bagaimana mungkin SDM di Bangkep mau meningkat kalau Mahasiswa yang merupakan aset daerah, telantar seperti saat ini.  Padahal salah satu komitmen kita adalah membantu Pemerintah Daerah dalam membangun Banggai Kepulauan,” tandas Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Untad ini.
Bukan hanya di Kota Palu, Mahasiswa Bangkep di Gorontalo juga mengalami nasib serupa, hal tersebut diungkapkan oleh Jefri Matabal, Ketua Umum Keluarga Mahasiswa Indonesia Banggai Kepulauan (KPMI-Bangkep) di Gorontalo. “Kami Mahasiswa Bangkep yang berada di Gorontalo kesal dengan sikap Pemerintah yang tidak merespons Keberadaan asrama mahasiswa. Kami sudah mengusulkan pengadaan Asrama, sejak tahun kemarin,  akan tetapi sampai saat ini, belum ada respons,” tutur Jefri.
Di Kota Gorontalo, Asrama Mahasiswa sebanyak 2 Buah, juga dengan status Kontrak. Saat ini, salah satu asrama telah menunggak sekitar 8 bulan, sedangkan yang satunya lagi menunggak 4 bulan. “Kami tinggal menunggu waktu yang tepat, kapan berkemas-kemas dan meninggalkan Asrama,” ujar Jefri.(bar)
 
*Radar Sulteng edisi selasa 9 Oktober 2012 

Minggu, 01 Juli 2012

IPBK-Pemda Bangkep: Bersama membangun Bangkep

Pengurus Ikatan Pemuda Banggai Kepulauan (IPBK) Palu-Sulteng, membangun komitmen bersama Pemerintah Daerah Banggai Kepulauan, untuk membangun daerah agar lebih baik lagi, hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum IPBK Palu-Sulteng, Moh. Iqra, pada acara jamuan makan malam, antara Pemerintah Daerah Bangkep dengan Pengurus IPBK Palu Sulteng, di Restorant Kampoeng Nelayan (27/6/2012).

"IPBK Palu-Sulteng, punya tanggung jawab yang besar, terhadap pembangunan daerah di Bangkep, sebagai sebuah organisasi yang dihimpun oleh kaum Intelektual, tentunya IPBK harus memberikan kontribusinya terhadap daerah, itu suatu kewajiban yang harus di tunaikan". Tutur Iqra.

lebih lanjut pria asal desa Abason kec. Totikum ini, menjelaskan, bahwa arah gerakan IPBK di bawah komandonya, akan di arahkan dan disinergikan dengan visi misi Pemerintah Bangkep, khususnya pada penyiapan Sumber Daya Manusia, "kita akan mensinergikan dan mengarahkan gerakan IPBK, pada visi misi Pemerintah Daerah, hal ini dimaksudkan agar pemerintah, tidak terlalu terbebani didalam membangun daerah, karena di dukung oleh kaum muda intelektual" tutur Mahasiswa Ilmu komunikasi Fisip Untad ini.

Sementara itu, Bupati Banggai Kepulauan, Drs. Lania Laosa, dalam pemaparan di hadapan seluruh Mahasiswa dan Pemuda Bangkep di Kota Palu, memberikan apresiasi yang sangat besar terhadap Generasi Muda Bangkep yang saat ini sedang menuntut ilmu di kota Palu, "Pemerintah Daerah Banggai Kepulauan sangat mengapresiasi semangat dari para mahasiswa, dan kedepannya Pemerintah Daerah akan mengalokasikan Anggaran pada peninggkatan kualitas SDM, khususnya pada para mahasiswa Bangkep, seperti Beasiswa lanjut studi, Pembangunan Asrama Mahasiswa dan lain sebagainya". tegas Lania.

Acara yang hadiri ratusan Mahasiswa tersebut berlangsung sekitar 6 jam tersebut, diisi dengan beragam kegiatan seperti diskusi, ramah tamah, serta turut hadir Kadis Keuangan Bangkep, Furqanuddin dan Kepala Inspektorat Bangkep, Haran Pea. (IMC)

Jumat, 29 Juni 2012


Bupati Banggai Kepulauan, Drs. Lania Laosa, (tengah) bersama Ketua IPBK Palu, Moh. Iqra dan Sekretaris IPBK Palu, Nasrullah Nawawi, di sesaat setelah acara Silaturahmi Pemerintah Daerah Bangkep dengan Pengurus IPBK Palu-Sulteng di Restoran Kampoeng Nelayan (Palu, 27 Juni 2012)

Minggu, 24 Juni 2012

Monumen Jayawijaya Trikora Salakan : Simbol Perjuangan Merebut Irian Barat

Keberadaan Monumen Jayawijaya yang tegak berdiri dengan megah di atas bukit Trikora Salakan, ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan tidak banyak diketahui masyarakat secara luas . Bahkan masyarakat Sulawesi Tengah sendiri juga tidak banyak yang mengetahui mengapa monumen tersebut dibangun di kota Salakan. Padahal Monumen Jayawijaya merupakan simbol perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kembali Irian*) Barat yang dikuasai Belanda ke pangkuan ibu pertiwi, setelah pengakuan kedaulatan kepada Republik Indonesia.
Mengenai persoalan Irian Barat, berdasarkan kesepakatan dalam sejumlah perundingan maupun melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) antara Belanda dan Indonesia serta usaha-usaha melalui PBB, wilayah Irian Barat harus diserahkan kepada Republik Indonesia. Namun Belanda tidak mematuhinya.
Karena alasan itu, setahun kemudian atau tepatnya pada tanggal 27 Desember 1950 Indonesia akhirnya menjadikan tanggal tersebut sebagai titik tolak perjuangan pembebasan Irian Barat. Sejak itu berbagai upaya dalam bidang diplomasi dilakukan Indonesia. Namun tiap kali tuntutan nasional tersebut di
sampaikan kepada Balanda, selalu mengalami kegagalan.
Dengan maksud untuk lebih menyebarluaskan sejarah mengenai keberadaan Monumen Jayawijaya tersebut, Pemerintah Kabupaten Banggai Kepulauan telah menerbitkan buku “Monumen Jayawijaya Trikora Salakan” yang ditulis oleh Wartawan Senior Sulawesi Tegah Soeria Lasny. Diharapkan generasi muda mendatang akan lebih mengenal perjuangan yang telah dilakukan para pendahulu mereka untuk mempertahankan kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Repbulik Indonesia dari kekuasaan kolonialisme.

*). Ketika itu Belanda berniat memasukan Papua Barat kedalam Negara Indonesia Timur (NIT) yang sebelumnya terdiri dari Bali, Maluku, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Frans Kaisepo menentang maksud Balanda tersebut. Ia mengganti istilah Papua dari Nederlands Nieuwe Guinea (nama yang diberikan Belanda untuk Papua) dengan kata IRIAN (Ikut Republik Indonesia Anti Nederlands). Dalam operasi militer setelah Presiden Soekarno mengumumkan Trikora, ia ikut aktif membantu Angkatan Perang RI mendarat di Papua Barat.

Proyek di Bangkep Banyak Bermasalah

Radar Sulteng edisi Sabtu, 23 Juni 2012

Proyek di Bangkep Banyak Bermasalah

** DPRD Nilai Pengawasan dan Perencanaan Lemah

PROYEK BERMASALAH:Suasana rapat dengar pendapat antara DPRD dengan sejumlah SKPD teknis terkait sejumlah proyek bermasalah di Bangkep.BARNABAS LOINANG
BANGKEP – Komisi II DPRD Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep) menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bangkep dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Bangkep. RDP itu digelar lantaran proyek-proyek yang dikerjakan oleh dua dinas itu diduga banyak yang bermasalah dan mendapat sorotan dari masyarakat setempat.
Beberapa proyek bermasalah yang dilontarkan anggota dewan komisi II, salah satunya adalah jebolnya tanggul di dekat kantor Bupati dan proyek jalan di beberapa desa. Jebolnya tanggul yang terjadi pada tahun anggaran 2011 periode bupati lama disoroti dewan karena bermasalah dan tidak disertai perencanaan yang baik.
Delmard Siako SMd, anggota Komisi II DPRD Bangkep mengatakan, seharusnya pembangunan tanggul itu, kontraktornya mengetahui kondisi dan jenis tanah sehingga tanggul tidak jebol.  “Dengan jebolnya tanggul itu, maka Dinas Bina Marga harus tanggung jawab. Jadi jangan mengatakan jebolnya karena faktor alam saja. Dengan melihat jebolnya tanggul itu menandakan pengawasan oleh Dinas Bina Marga tidak pernah dilakukan,” ujar Delmard.
Hal senada dikatakan oleh Wakil Ketua Komisi II Ronald Gulla ST. Ronald mengingatkan kepada Kepala Dinas Bina Marga agar lebih memperketat pengawasan pada pengerjaan sejumlah proyek. Dia mengaku mendapatkan sejumlah proyek yang dikerjakan asal-asalan, seperti proyek pengaspalan jalan yang dikerjakan waktu hujan. Parahnya, pengerjaan yang salah itu tidak ada pengawas dari dinas yang bersangkutan.
Kata Ronald, SKPD teknis harus berani menegur kontraktor yang nakal. Teguran bukan hanya teguran tertulis saja, tetapi perlu ada upaya nyata, misalnya dimasukkan dalam daftar hitam (black list) yang juga harus ditembuskan kepada pihak ULP dan Inspektorat, sehingga memberi efek jera bagi kontraktor yang kurang memperhatikan masalah pembangunan alias hanya memperhatikan masalah pribadi. “Saya tahu permainannya sampai asal-asalan begitu. Tapi jangan sampai talalo ancor begitu,” ujar Ronald yang mengaku pernah menjadi kontraktor tersebut.
Hearing komisi II itu juga dihadiri oleh Sekretaris Komisi II Ramalan SE dan anggota Uturinus SE dan Aldi Dg Liwang SH MM. Sementara dari dinas, Kadis Bina Marga Drs Rusli Uda’a hadir, Kadis Cipta Karya dan Tata Ruang tidak hadir dan hanya diwakili oleh kepala bidangnya.
Kepada Radar Sulteng, Rusli Uda’a membenarkan bahwa komentar para wakil rakyat tersebut sudah tepat, sehingga masalah itu perlu menjadi perhatian. “Saya berjanji akan tingkatkan pengawasan. Saya juga, kalau ada pengawas yang tidak baik akan diberikan sanksi. Selama ini saya akui pengawasan tidak maksimal dan ke depannya sebelum pekerjaan dimulai akan ada pembekalan kepada pengawas,” tandasnya.(bar)

Selasa, 15 Mei 2012

Sejarah Ilmu Komunikasi

Pendahuluan Pengetahuan bukan merupakan ilmu. Terdapat beberapa hal yang harus dipenuhi bagi suatu pengetahuan yang kredibel, atau memenuhi syarat-syarat ilmiah antara lain harus bersifat empiris, verivikatif, non-normatif, transmissible, general, dan explanotory. Di samping itu ilmu juga harus menekankan aspek ontologi, epistomologi, dan aksiologi. Ia harus bersifat ilmiah, sistematis, mempunyai metode, objek kajian, lokus, dan fokus tertentu Dalam kaitannya dengan pemahaman ilmu di atas, ilmu komunikasi sering mendapatkan keraguan dalam keberadaan dan keeksistensiannya sebagai ilmu di tengah kemajuan teknologi informasi saat ini. Hal ini mungkin salah satunya disebabkan perkembangan historis komunikasi menjadi sebuah ilmu melalui tahapan dimensi waktu yang terlalu jauh (berdasarkan pemahaman catatan sejarah perkembangan ilmu komunikasi di daratan Amerika).
Perkembangan komunikasi sebagai ilmu selalu dikaitkan dengan aktifitas retorika yang terjadi di zaman Yunani kuno, sehingga menimbulkan pemahaman bagi pemikir-pemikir barat bahwa perkembangan komunikasi pada zaman itu mengalami masa kegelapan (dark ages) karena tidak berkembang di zaman Romawi kuno. Dan baru mulai dicatat perkembangannya pada masa ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg (1457). Sehingga masalah yang muncul adalah, rentang waktu antara perkembangan ilmu komunikasi yang awalnya dikenal retorika pada masa Yunani kuno, sampai pada pencatatan sejarah komunikasi pada masa pemikiran tokoh-tokoh pada abad 19, sangat jauh. Sehingga sejarah perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri terputus kira-kira 1400 tahun. Padahal menurut catatan lain, sebenarnya aktifitas retorika yang dilakukan pada zaman Yunani kuno juga dilanjutkan perkembangan aktifitasnya pada zaman pertengahan (masa persebaran agama). Sehingga menimbulkan asumsi bahwa perkembangan komunikasi itu menjadi sebuah ilmu tidak pernah terputus, artinya tidak ada mata rantai sejarah yang hilang pada perkembangan komunikasi. Makalah ini ingin mengangkat zaman persebaran agama yang berlangsung antara rentang waktu tersebut (zaman pertengahan) menjadi bagian dari perkembangan ilmu komunikasi. Sehingga zaman pertengahan menjadi jembatan alur perkembangan komunikasi dari zaman yunani kuno ke zaman renaissance, modern, dan kontemporer.
Pembahasan
Telah disinggung di atas bahwa fenomena komunikasi berkembang dan tercatat kembali pada awal ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg (1457). Padahal, pada abad-abad sebelumnya, aktifitas komunikasi sudah berkembang cukup pesat yang berlangsung di zaman pertengahan (persebaran agama). Mungkin masa ketika diketemukannya mesin cetak itu sendiri terjadi di zaman renaissance, dimana pemikiran-pemikiran ilmuwan telah bebas dari dogma-dogma agama. Sehingga mereka tidak menyinggung masa persebaran agama sebagai bagian dari sejarah perkembangan komunikasi itu sendiri. Rentang waktu antara tahun 500 SM (masa-masa pemikiran retorika di Yunani kuno) sampai pada penemuan mesin cetak (1457 M) merupakan abad-abad dimana terdapat proses perkembangan komunikasi yang dalam hal ini berbentuk ajaran dan keyakinan suatau agama (yang tentu pula tidak dapat dipungkiri bahwa dalam aktifitas persebaran ajaran agama, retorika dan bentuk komunikasi lainnya cenderung berperan besar dalam mengubah keyakinan seseorang). Sehingga tidak menyalahi aturan kalau makalah ini mencoba mengangkat masa penyebaran agama dan ajaran-ajaran bijak yang berlangsung antara rentang waktu tersebut dijadikan sebagai bagian dari mata rantai sejarah yang hilang dari perkembangan ilmu komunikasi itu.
Pada awalnya perkembangan komunikasi yang terjadi di zaman Romawi (sebagai perkembangan dari Yunani kuno sekitar tahun 500 SM-5 M) mengalami kendala, karena pada masa itu Romawi mengalami masa kegelapan (dark ages). Padahal, masa kegelapan yang terjadi di Eropah ini merupakan sisi lain dari masa keemasan peradaban Islam, dimana pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan (termasuk aktifitas komunikasi) cukup signifikan. Selain itu, perkembangan komunikasi juga sangat maju pesat di Cina yang telah dimulai pada tahun 550 SM. Memang, aktifitas komunkasi dalam bentuk retorika yang berlangsung di Cina dan Islam ini lebih menekankan pada penyebaran ajaran dan keyakinan. Berbeda di Yunani dan Romawi yang lebih bersifat politis. Salah satu ajaran yang berkembang yaitu ajaran konfusiunisme di Cina. Kong hu Cu (bagian dari konfusianisme) lahir pada sekitar 550 SM yang ajarannya telah berusia 2000 tahun. Konfusius mulai mengajarkan filsafat hidupnya ketika Cina masih terpecah-pecah. Dalam penyebarannya, komunikasi yang dilakukan sudah sangat maju setelah ditemukannya kertas oleh Ts’ai Lun (105 M). Namun, ketika dinasti Qin (215 SM-206 SM), kaisar Qin Shi Hung melarang ajaran Konfusianisme, sehingga banyak buku-buku yang dibakar. Namun, ketika masa dinasti Han (206 SM-220 M), konfusianisme mulai mencapai masa emasnya kembali. Misalnya dengan didirikannya semacam Imperial University yang meninggalkan kitab-kitab ajaran konfusianisme seperti kitab Shi Ching (kumpulan lagu-lagu), Shu Ching (dokumen-dokumen), I Ching (buku ahli ramalan), Ch’un Ch’iu (peristiwa penting), dan Li Chi (upacara-upacara). Konfusianisme ini berlangsung cukup lama sampai pada masa jatuhnya dinasti Ching (1644-1911). Hal ini mengidentifikasikan bahwa adanya proses perkembangan komunikasi yang lebih condong pada penyebaran ajaran-ajaran konfusianisme di Cina.
Aktifitas komuniksi dalam bentuk propaganda juga telah ada di zaman Isa Almasih. Isa yang pada waktu itu ingin mengajarkan ajaran Allah, mendapat tantangan dari kaum Yahudi. Isa dianggap bahaya oleh kaum Yahudi, sehingga orang-orang Yahudi berusaha memancing kemarahan pihak penguasa Romawi yang ketika itu menguasai Palestina. Akhirnya usaha ini berhasil mempengaruhi sikap politik penguasa Romawi yang pada awalnya tidak ikut campur dalam keagamaan, kini berubah haluan memerintahkan tentaranya untuk menangkap Isa dan menghukum Isa Al Masih. Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa sebenarnya Isa tidak mati terkutuk di tiang salib, ia berhasil diselamatkan oleh Pilatus yang telah bekerjasama dengan yusuf Aritmatea (Injil Yahya, 19:38). Setelah memperlihatkan bukti-bukti kepada muridnya bahwa beliau tidak mati di kayu salib (Injil Markus, 16:19-20), maka Al Masih memutuskan atas perintah Allah untuk meninggalkan Palestina dan menjelajahi berbagai negeri dimana berdiam suku-suku Israil yang hilang untuk melanjutkan menyampaikan risalahNya (berdakwah) (kitab Ester 3:6, 1:1, 2:6, dan II Raja-raja 15:29). Negeri terakhir dimana tempat peristirahatan beliau adalah Srinagar, India. Komunikasi dalam bentuk ajaran dakwah yang dilakukan di zaman Isa ini terbukti dengan adanya penjelasan Dalai Lama (pendeta Budhah Tibet) bahwa Isa adalah salah satu orang suci yang dihormati dalam ajaran Budhah. Hal ini berkaitan erat dengan kepercayaan Budhah yang mengatakan bahwa Baghawa Metteya (pengembara kulit putih; Isa Al Masih) pernah datang mengajarkan ajarannya di India. Juga dengan diketemukannya scroll (gulungan yang jumlahnya 84.000 gulungan) yang isinya menceritakan aktifitas penyebaran ajaran Isa di India. Bukti lain juga dengan ditemukannya kuburan Yus Asaf di Srinagar, Kashmir oleh tim Jerman Barat yang merupakan kuburan nabi Isa yang meninggal pada usia 120 tahun. (Thre Tribune, Chandigarh, 11 Mei 1984).
Komunikasi di dunia Islam pun sebenarnya telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Sama seperti fenomena komunnikasi yang terjadi di zaman Isa Al Masih, komunikasi Islam pun lebih berorientasi pada sistem dakwah yang berusaha mengubah atau mempengaruhi alam pikiran seseorang untuk mengikuti syariat Islam. Peradaban umat Islam dalam kaitannya dengan perkembangan komunikasi telah mencatatkan sejarah yang cukup menakjubkan. Pada masa bani Umayah misalnya, telah ditemukannya suatu cara pengamatan astronomi pada abad 7 M, 8 abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus. Perhubungan antara Timur dan Barat selama perang Salib (1100-1300 M ) sangat penting untuk perkembangan komunikasi ilmu pengetahuan di Eropah. Karena pada waktu ekspansi, Arab telah mengambil alih kebudayaan Byzantium, Persia, dan Spanyol, sehingga tingkat kebudayaan Islam jauh lebih tinggi dari pada kebudayaan Eropah (Brower, 1982;41). Universitas Bagdad, Damsyik, Beirut, dan Kairo menyimpan dan memberikan warisan ilmiah dari India, Persia, Yunani, dan Byzantium, sehingga Eropah menerima warisan filsafat Yunani melalui orang Arab yang terlebih dahulu mempelajarinya. Karena bangsa Arab telah menterjemahkan karya-karya fisuf termasyur seperti Plato, Hipokrates dan Aristoteles. Sekitar abad ke-14 pada zaman dinasti Yuan (1260-1368), pengaruh Islam ditandai dengan peneliti di bidang astronomi pertama yang mendirikan observatorium, yaitu Jamal Al-Din.
Perkembangan komunikasi dalam Islam yang lebih bersifat dakwah tadi tidak lepas dari kaitannya sebagai bagian dari bentuk komunikasi, karena dalam bahasa arab, dakwah berarti seruan, panggilan, atau ajakan. Menurut Salahuddin Sanusi, yang didefinisikan oleh Al Ustadz Bahiyul Khuli dalam bukunya yang berjudul Tadzkiratud Du’at, dakwah ialah suatu komunikasi yang ditimbulkan dari interaksi antar individu maupun kelompok manusia yang bertujuan memindahkan umat dari suatu situasi yang negatif (zaman jahiliyah) ke situasi yang positif. Pada zaman nabi Muhammad SAW (570 M-632 M), penyebaran Islam berlangsung dalam waktu yang relatif singkat (8-9 M). Muhammad melakukan dakwahnya ke Mekah pada tahun 610 M. Dalam tempo 25 tahun, Muhammad beserta pengikutnya (yang disebut sebagai Muslim), mengambil alih kekuasaan di kawasan Arab, dan Islam kemudian berkembang dengan sangat pesatnya. Pada sekitar tahun 650 M, Arab, seluruh daerah timur tengah, serta Mesir dikendalikan oleh orang-orang Islam, dan pada tahun 700 M, Islam mendominasi area besar mulai dari daratan China dan India di timur sampai Afrika Utara dan Spanyol di barat. Cepatnya perkembangan Islam bisa jadi merupakan dampak dari penggunaan dakwah-dakwah yang berisi tentang ajaran-ajaran Islam, seperti; dakwah yang berisi tentang jihad fisabilillah, yaitu jaminan untuk masuk surga bagi mereka yang mati dalam usahanya untuk memperjuangkan Islam. Artinya terdapat bentuk komunikasi yang efektif sehingga dapat mempengaruhi keyakinan jutaan umat dalam waktu yang sangat singkat.
komunikasi di awali dengan adanya perintah dari Allah kepada Nabi Muhammad untuk memberikan peringatan (dalam hal ini berdakwah) kepada umnat manusia untuk percaya kepada Allah. Awalnya komunikasi itu dilakukan secara diam-diam lalu dilanjutkan secara terbuka seiring dari wahyu berikutnya yang memerintahkan Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan (Q.S Al-Hijr;94-95).
Dalam media tulisan, sebenarnya telah dirintis oleh Rasulullah, yaitu ketika beliau mengirimkan surat yang isinya ajakan untuk memeluk Islam kepada para raja di Eropah. Sebagai contoh, nabi pernah mengirimkan surat dakwah kepada raja Hiraqla (raja di Roma Timur) yang bernama Hirakles, raja Habsyi yang bernama Najsyi, dan lain-lain. Dalam setiap suratnya, selalu dibubuhi stempel yang terbuat dari perak yang berukirkan tulisan “Muhammadurrasulullah”. Dengan contoh ini, maka Rasulullah telah merintis sistem jurnalistik dalam melakukan komunikasi Islam sebagai bentuk dakwah. Dalam perkembangannya, komunikasi telah sedemikian maju, contoh lain dalam hal diskusi yang merupakan bagian dari bentuk komunikasi kelompok. Dalam berdakwah, Rasulullah selalu melakukan komunikasi sebagai dakwah dengan metode yang tepat dan apabila dicermati akan sangat relevan dengan metode diskusi saat ini. Dalam dakwahnya, diskusi yang dilakukan pasti didasari hal-hal berikut: alasannya kuat (hujjah), tutr kata yang arif dan bijak (uslub), dan adab sopan santun yang baik. Kembali hubungannya de ngan pers sebagai bagian dari komunikasi, Islam telah merintis perkembangan komunikasi itu sendiri, sekali lagi dalam bentuk dakwah. Misalnya turun temurunnya hadits-hadits nabi dan sunnah Rasul. Sejarah telah mengungkapkan kepada kita bahwa perkembangan dan kecemerlangan ajaran Islam telah menerobos cakrawala abad dan zaman sera melewati negara-negara dan benua. Ini berkat para jurnalis-jurnalis Islam seperti Syafi’i ’(yang mazhabnya mayoritas diadaptasi umat muslim Indonesia), Malik Ahmad Hambali, Hanafi, Abu Dawud, dan sebagainya yang tulisannya dalam bidang hukum fiqih. Bidang filsafat seperti Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Imam Ghazali, Jamaludin Al afgani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridla, dan lain-lain. Bidang kedokteran, Ibnu Sina telah menulis buku yang berisi aturan-aturan dalam ilmu kedokteran yang banyak diadaptasi oleh ilmuwan-ilmuwan dalam bidang kedokteran dewasa ini. Dari uraian ini, dapat dikatakan bahwa sebenarnya peradaban Islam (dalam kaitannya sebagai jembatan penghubung sejarah komunikasi) telah melanjutkan atau mewariskan komunikasi dari ajaran-ajaran Yunani yang telah disinggung di atas, untuk kemudian baru diadaptasi oleh bangsa Eropa dan seterusnya Amerika (sebagai dampak dari intellectual migration dari daratan Eropah ke utara benua Amerika pada masa Hitler).
Melihat uraian sejarah perkembangan komunikasi di zaman pertengahan di atas, timbullah satu pertanyaan, mengapa aktifitas retorika dalam kaitannya dakwah yang terjadi di zaman pertengahan tidak dijadikan bagian dari mata rantai sejarah perkembangn komunikasi oleh para pemikir-pemikir barat? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat fase-fase perkembangn ilmu itu sendiri dari zaman ke zaman. Ilmu berkembang, pertama kali pada masa Yunani kuno. Lalu dilanjutkan pada zaman pertengahan (yang sebenarnya adalah masa-masa persebaran agama). Telah disinggung di atas, contoh persebaran agama yang diambil adalah Islam yang memang berlangsung pada zaman pertengahan. Lalu ilmu berkembang lagi pada zaman renaissance (14-17 M), dimana kebanyakan pemikiran tokoh-tokoh pada abad ini sudah bebas dan tidak terikat lagi oleh dogma-dogma agama. Sebut saja seperti Isaac Newton dan Darwin. Zaman ini merupakan zaman peralihan dari zaman pertengahan menuju zaman modern. Ketika di zaman modern, ilmu-ilmu yang berkembang itu lebih didasari oleh pemikiran-pemikiran yang ilmiah dan empiris. Seperti Darwin yang sangat fanatik dengan teori evolusinya. Inilah yang mungkin menyebabkan banyak teori-teori komunikasi yang tidak pernah mencantumkan nama-nama besar dari cendikiawan-cendikiawan Islam (seperti Al Kindi, Al Farabi, dll) sebagai tokoh yang berjasa dalam mengembangkan komunikasi itu sendiri pada zaman pertengahan. Mungkin ini ada kaitannya dengan masa kegelapan (dark ages) yang terjadi di Eropah yang kala itu merupakan zaman keemasan peradaban Islam. Contoh peristiwa penting yaitu perang Salib yang terulang sebanyak enam kali. Hal ini tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, tetapi juga menyadarkan serdadu-serdadu eropah akan kemajuan negara-negara Islam yang sedemikian pesatnya. Sehingga mereka menyebarkan pengalaman-pengalaman mereka itu sekembalinya di negara masing-masing. Pada tahun1453 M, Istambul jatuh ke Turki, sehingga para pendeta atau sarjana mengungsi ke Itali atau negara-negara lain. Mereka inilah yang menjadi pionir-pionir perkembangan ilmu di Eropah. Padahal sebenarnya mereka ini mendapatkan pengetahuannya dari peradaban Islam yang telah maju lebih dulu. Mengenai perkembangan komunikasi yang lebih cenderung diklaim sebagai bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan di Amerika dan Eropah, sebenarnya kembali pada pola pemikiran dari manfaat ilmu pengetahuan yang ditemukan. Pada dasarnya, orang Amerika dan Eropah cenderung untuk mematenkan suatu ciptaan, sedangkan pemikir-pemikir di Asia dan peradaban Timur tengah lebih cenderung kepada manfaat dari hasil temuannya itu. Padahal jelas, sejarah menceritakan secara gamblang bahwa peradaban yang sangat maju telah berlangsung lebih dulu di Cina dan Timur Tengah.

Penutup
Penjelasan sejarah di atas sudah cukup membuktikan bahwa sebenarnya sejarah perkembangan komunikasi sebenarnya tidak pernah terputus. Karena pada dasarnya hubungan antara komunikasi sebagai bagian dari perkembangan peradaban manusia begitu erat. Hal ini dikarenakan aktifitas retorika sudah ada di zaman pertengahan, tetapi memang belum berbentuk ilmu. Fenomena yang lebih banyak bersifat dakwah (persebaran agama) ini baru berupa gejala-gejala sosial, dan pada masa itu belum ada suatu ilmu yang mengkhususkan fokus dan lokus kajiannya tentang komunikasi. Tetapi setidaknya hal di atas cukup memberikan argumen bahwa komunikasi merupakan fenomena yang sudah sangat lama terjadi dan baru dikaji secara utuh sebagai suatu ilmu pada abad ke-19 di daratan Amerika.

Daftar Pustaka
Effendi, Onong Uchjana. (1993). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.Citra Aditya bakri. Hal. 2-7.
Fathurrohman, D dan Wawan Sobri. (2002). Pengantar Ilmu Politik. Malang: UMM Press. Hal. 2-6
K.MA, Hajarudin. (1994). Isa Almasih A.S Wafat di India. Bogor: CV.Bintang Tsurayya. Hal 15-54.
Kuswata, Agus Toho dan Kuswara Surya Kusumah. (1990). Komunikasi Islam dari Zaman ke Zaman. Jakarta: Arikha Media Cipta.
Prajarto, Nunung. (2002). Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Komunikasi, Akar Sejarah dan Buah Tradisi Keilmuan. Yogyakarta: ……..?
Rogers, Everett M. (1994). A History of Communication Study: A Biographical Approach. New York: The Press. Hal 34-37.
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. (1990). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Hal 42-50.
Wahid, Abdurrahman. (1995). Konfusianisme di Indonesia: Pergulatan Mencari Jati Diri. Yogyakarta: INTERFIDEI.

Sejarah Komunikasi


Pendahuluan
Pengetahuan bukan merupakan ilmu. Terdapat beberapa hal yang harus dipenuhi bagi suatu pengetahuan yang kredibel, atau memenuhi syarat-syarat ilmiah antara lain harus bersifat empiris, verivikatif, non-normatif, transmissible, general, dan explanotory. Di samping itu ilmu juga harus menekankan aspek ontologi, epistomologi, dan aksiologi. Ia harus bersifat ilmiah, sistematis, mempunyai metode, objek kajian, lokus, dan fokus tertentu Dalam kaitannya dengan pemahaman ilmu di atas, ilmu komunikasi sering mendapatkan keraguan dalam keberadaan dan keeksistensiannya sebagai ilmu di tengah kemajuan teknologi informasi saat ini. Hal ini mungkin salah satunya disebabkan perkembangan historis komunikasi menjadi sebuah ilmu melalui tahapan dimensi waktu yang terlalu jauh (berdasarkan pemahaman catatan sejarah perkembangan ilmu komunikasi di daratan Amerika).
Perkembangan komunikasi sebagai ilmu selalu dikaitkan dengan aktifitas retorika yang terjadi di zaman Yunani kuno, sehingga menimbulkan pemahaman bagi pemikir-pemikir barat bahwa perkembangan komunikasi pada zaman itu mengalami masa kegelapan (dark ages) karena tidak berkembang di zaman Romawi kuno. Dan baru mulai dicatat perkembangannya pada masa ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg (1457). Sehingga masalah yang muncul adalah, rentang waktu antara perkembangan ilmu komunikasi yang awalnya dikenal retorika pada masa Yunani kuno, sampai pada pencatatan sejarah komunikasi pada masa pemikiran tokoh-tokoh pada abad 19, sangat jauh. Sehingga sejarah perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri terputus kira-kira 1400 tahun. Padahal menurut catatan lain, sebenarnya aktifitas retorika yang dilakukan pada zaman Yunani kuno juga dilanjutkan perkembangan aktifitasnya pada zaman pertengahan (masa persebaran agama). Sehingga menimbulkan asumsi bahwa perkembangan komunikasi itu menjadi sebuah ilmu tidak pernah terputus, artinya tidak ada mata rantai sejarah yang hilang pada perkembangan komunikasi. Makalah ini ingin mengangkat zaman persebaran agama yang berlangsung antara rentang waktu tersebut (zaman pertengahan) menjadi bagian dari perkembangan ilmu komunikasi. Sehingga zaman pertengahan menjadi jembatan alur perkembangan komunikasi dari zaman yunani kuno ke zaman renaissance, modern, dan kontemporer.
Pembahasan
Telah disinggung di atas bahwa fenomena komunikasi berkembang dan tercatat kembali pada awal ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg (1457). Padahal, pada abad-abad sebelumnya, aktifitas komunikasi sudah berkembang cukup pesat yang berlangsung di zaman pertengahan (persebaran agama). Mungkin masa ketika diketemukannya mesin cetak itu sendiri terjadi di zaman renaissance, dimana pemikiran-pemikiran ilmuwan telah bebas dari dogma-dogma agama. Sehingga mereka tidak menyinggung masa persebaran agama sebagai bagian dari sejarah perkembangan komunikasi itu sendiri. Rentang waktu antara tahun 500 SM (masa-masa pemikiran retorika di Yunani kuno) sampai pada penemuan mesin cetak (1457 M) merupakan abad-abad dimana terdapat proses perkembangan komunikasi yang dalam hal ini berbentuk ajaran dan keyakinan suatau agama (yang tentu pula tidak dapat dipungkiri bahwa dalam aktifitas persebaran ajaran agama, retorika dan bentuk komunikasi lainnya cenderung berperan besar dalam mengubah keyakinan seseorang). Sehingga tidak menyalahi aturan kalau makalah ini mencoba mengangkat masa penyebaran agama dan ajaran-ajaran bijak yang berlangsung antara rentang waktu tersebut dijadikan sebagai bagian dari mata rantai sejarah yang hilang dari perkembangan ilmu komunikasi itu.
Pada awalnya perkembangan komunikasi yang terjadi di zaman Romawi (sebagai perkembangan dari Yunani kuno sekitar tahun 500 SM-5 M) mengalami kendala, karena pada masa itu Romawi mengalami masa kegelapan (dark ages). Padahal, masa kegelapan yang terjadi di Eropah ini merupakan sisi lain dari masa keemasan peradaban Islam, dimana pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan (termasuk aktifitas komunikasi) cukup signifikan. Selain itu, perkembangan komunikasi juga sangat maju pesat di Cina yang telah dimulai pada tahun 550 SM. Memang, aktifitas komunkasi dalam bentuk retorika yang berlangsung di Cina dan Islam ini lebih menekankan pada penyebaran ajaran dan keyakinan. Berbeda di Yunani dan Romawi yang lebih bersifat politis. Salah satu ajaran yang berkembang yaitu ajaran konfusiunisme di Cina. Kong hu Cu (bagian dari konfusianisme) lahir pada sekitar 550 SM yang ajarannya telah berusia 2000 tahun. Konfusius mulai mengajarkan filsafat hidupnya ketika Cina masih terpecah-pecah. Dalam penyebarannya, komunikasi yang dilakukan sudah sangat maju setelah ditemukannya kertas oleh Ts’ai Lun (105 M). Namun, ketika dinasti Qin (215 SM-206 SM), kaisar Qin Shi Hung melarang ajaran Konfusianisme, sehingga banyak buku-buku yang dibakar. Namun, ketika masa dinasti Han (206 SM-220 M), konfusianisme mulai mencapai masa emasnya kembali. Misalnya dengan didirikannya semacam Imperial University yang meninggalkan kitab-kitab ajaran konfusianisme seperti kitab Shi Ching (kumpulan lagu-lagu), Shu Ching (dokumen-dokumen), I Ching (buku ahli ramalan), Ch’un Ch’iu (peristiwa penting), dan Li Chi (upacara-upacara). Konfusianisme ini berlangsung cukup lama sampai pada masa jatuhnya dinasti Ching (1644-1911). Hal ini mengidentifikasikan bahwa adanya proses perkembangan komunikasi yang lebih condong pada penyebaran ajaran-ajaran konfusianisme di Cina.
Aktifitas komuniksi dalam bentuk propaganda juga telah ada di zaman Isa Almasih. Isa yang pada waktu itu ingin mengajarkan ajaran Allah, mendapat tantangan dari kaum Yahudi. Isa dianggap bahaya oleh kaum Yahudi, sehingga orang-orang Yahudi berusaha memancing kemarahan pihak penguasa Romawi yang ketika itu menguasai Palestina. Akhirnya usaha ini berhasil mempengaruhi sikap politik penguasa Romawi yang pada awalnya tidak ikut campur dalam keagamaan, kini berubah haluan memerintahkan tentaranya untuk menangkap Isa dan menghukum Isa Al Masih. Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa sebenarnya Isa tidak mati terkutuk di tiang salib, ia berhasil diselamatkan oleh Pilatus yang telah bekerjasama dengan yusuf Aritmatea (Injil Yahya, 19:38). Setelah memperlihatkan bukti-bukti kepada muridnya bahwa beliau tidak mati di kayu salib (Injil Markus, 16:19-20), maka Al Masih memutuskan atas perintah Allah untuk meninggalkan Palestina dan menjelajahi berbagai negeri dimana berdiam suku-suku Israil yang hilang untuk melanjutkan menyampaikan risalahNya (berdakwah) (kitab Ester 3:6, 1:1, 2:6, dan II Raja-raja 15:29). Negeri terakhir dimana tempat peristirahatan beliau adalah Srinagar, India. Komunikasi dalam bentuk ajaran dakwah yang dilakukan di zaman Isa ini terbukti dengan adanya penjelasan Dalai Lama (pendeta Budhah Tibet) bahwa Isa adalah salah satu orang suci yang dihormati dalam ajaran Budhah. Hal ini berkaitan erat dengan kepercayaan Budhah yang mengatakan bahwa Baghawa Metteya (pengembara kulit putih; Isa Al Masih) pernah datang mengajarkan ajarannya di India. Juga dengan diketemukannya scroll (gulungan yang jumlahnya 84.000 gulungan) yang isinya menceritakan aktifitas penyebaran ajaran Isa di India. Bukti lain juga dengan ditemukannya kuburan Yus Asaf di Srinagar, Kashmir oleh tim Jerman Barat yang merupakan kuburan nabi Isa yang meninggal pada usia 120 tahun. (Thre Tribune, Chandigarh, 11 Mei 1984).
Komunikasi di dunia Islam pun sebenarnya telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Sama seperti fenomena komunnikasi yang terjadi di zaman Isa Al Masih, komunikasi Islam pun lebih berorientasi pada sistem dakwah yang berusaha mengubah atau mempengaruhi alam pikiran seseorang untuk mengikuti syariat Islam. Peradaban umat Islam dalam kaitannya dengan perkembangan komunikasi telah mencatatkan sejarah yang cukup menakjubkan. Pada masa bani Umayah misalnya, telah ditemukannya suatu cara pengamatan astronomi pada abad 7 M, 8 abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus. Perhubungan antara Timur dan Barat selama perang Salib (1100-1300 M ) sangat penting untuk perkembangan komunikasi ilmu pengetahuan di Eropah. Karena pada waktu ekspansi, Arab telah mengambil alih kebudayaan Byzantium, Persia, dan Spanyol, sehingga tingkat kebudayaan Islam jauh lebih tinggi dari pada kebudayaan Eropah (Brower, 1982;41). Universitas Bagdad, Damsyik, Beirut, dan Kairo menyimpan dan memberikan warisan ilmiah dari India, Persia, Yunani, dan Byzantium, sehingga Eropah menerima warisan filsafat Yunani melalui orang Arab yang terlebih dahulu mempelajarinya. Karena bangsa Arab telah menterjemahkan karya-karya fisuf termasyur seperti Plato, Hipokrates dan Aristoteles. Sekitar abad ke-14 pada zaman dinasti Yuan (1260-1368), pengaruh Islam ditandai dengan peneliti di bidang astronomi pertama yang mendirikan observatorium, yaitu Jamal Al-Din.
Perkembangan komunikasi dalam Islam yang lebih bersifat dakwah tadi tidak lepas dari kaitannya sebagai bagian dari bentuk komunikasi, karena dalam bahasa arab, dakwah berarti seruan, panggilan, atau ajakan. Menurut Salahuddin Sanusi, yang didefinisikan oleh Al Ustadz Bahiyul Khuli dalam bukunya yang berjudul Tadzkiratud Du’at, dakwah ialah suatu komunikasi yang ditimbulkan dari interaksi antar individu maupun kelompok manusia yang bertujuan memindahkan umat dari suatu situasi yang negatif (zaman jahiliyah) ke situasi yang positif. Pada zaman nabi Muhammad SAW (570 M-632 M), penyebaran Islam berlangsung dalam waktu yang relatif singkat (8-9 M). Muhammad melakukan dakwahnya ke Mekah pada tahun 610 M. Dalam tempo 25 tahun, Muhammad beserta pengikutnya (yang disebut sebagai Muslim), mengambil alih kekuasaan di kawasan Arab, dan Islam kemudian berkembang dengan sangat pesatnya. Pada sekitar tahun 650 M, Arab, seluruh daerah timur tengah, serta Mesir dikendalikan oleh orang-orang Islam, dan pada tahun 700 M, Islam mendominasi area besar mulai dari daratan China dan India di timur sampai Afrika Utara dan Spanyol di barat. Cepatnya perkembangan Islam bisa jadi merupakan dampak dari penggunaan dakwah-dakwah yang berisi tentang ajaran-ajaran Islam, seperti; dakwah yang berisi tentang jihad fisabilillah, yaitu jaminan untuk masuk surga bagi mereka yang mati dalam usahanya untuk memperjuangkan Islam. Artinya terdapat bentuk komunikasi yang efektif sehingga dapat mempengaruhi keyakinan jutaan umat dalam waktu yang sangat singkat.
komunikasi di awali dengan adanya perintah dari Allah kepada Nabi Muhammad untuk memberikan peringatan (dalam hal ini berdakwah) kepada umnat manusia untuk percaya kepada Allah. Awalnya komunikasi itu dilakukan secara diam-diam lalu dilanjutkan secara terbuka seiring dari wahyu berikutnya yang memerintahkan Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan (Q.S Al-Hijr;94-95).
Dalam media tulisan, sebenarnya telah dirintis oleh Rasulullah, yaitu ketika beliau mengirimkan surat yang isinya ajakan untuk memeluk Islam kepada para raja di Eropah. Sebagai contoh, nabi pernah mengirimkan surat dakwah kepada raja Hiraqla (raja di Roma Timur) yang bernama Hirakles, raja Habsyi yang bernama Najsyi, dan lain-lain. Dalam setiap suratnya, selalu dibubuhi stempel yang terbuat dari perak yang berukirkan tulisan “Muhammadurrasulullah”. Dengan contoh ini, maka Rasulullah telah merintis sistem jurnalistik dalam melakukan komunikasi Islam sebagai bentuk dakwah. Dalam perkembangannya, komunikasi telah sedemikian maju, contoh lain dalam hal diskusi yang merupakan bagian dari bentuk komunikasi kelompok. Dalam berdakwah, Rasulullah selalu melakukan komunikasi sebagai dakwah dengan metode yang tepat dan apabila dicermati akan sangat relevan dengan metode diskusi saat ini. Dalam dakwahnya, diskusi yang dilakukan pasti didasari hal-hal berikut: alasannya kuat (hujjah), tutr kata yang arif dan bijak (uslub), dan adab sopan santun yang baik. Kembali hubungannya de ngan pers sebagai bagian dari komunikasi, Islam telah merintis perkembangan komunikasi itu sendiri, sekali lagi dalam bentuk dakwah. Misalnya turun temurunnya hadits-hadits nabi dan sunnah Rasul. Sejarah telah mengungkapkan kepada kita bahwa perkembangan dan kecemerlangan ajaran Islam telah menerobos cakrawala abad dan zaman sera melewati negara-negara dan benua. Ini berkat para jurnalis-jurnalis Islam seperti Syafi’i ’(yang mazhabnya mayoritas diadaptasi umat muslim Indonesia), Malik Ahmad Hambali, Hanafi, Abu Dawud, dan sebagainya yang tulisannya dalam bidang hukum fiqih. Bidang filsafat seperti Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Imam Ghazali, Jamaludin Al afgani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridla, dan lain-lain. Bidang kedokteran, Ibnu Sina telah menulis buku yang berisi aturan-aturan dalam ilmu kedokteran yang banyak diadaptasi oleh ilmuwan-ilmuwan dalam bidang kedokteran dewasa ini. Dari uraian ini, dapat dikatakan bahwa sebenarnya peradaban Islam (dalam kaitannya sebagai jembatan penghubung sejarah komunikasi) telah melanjutkan atau mewariskan komunikasi dari ajaran-ajaran Yunani yang telah disinggung di atas, untuk kemudian baru diadaptasi oleh bangsa Eropa dan seterusnya Amerika (sebagai dampak dari intellectual migration dari daratan Eropah ke utara benua Amerika pada masa Hitler).
Melihat uraian sejarah perkembangan komunikasi di zaman pertengahan di atas, timbullah satu pertanyaan, mengapa aktifitas retorika dalam kaitannya dakwah yang terjadi di zaman pertengahan tidak dijadikan bagian dari mata rantai sejarah perkembangn komunikasi oleh para pemikir-pemikir barat? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat fase-fase perkembangn ilmu itu sendiri dari zaman ke zaman. Ilmu berkembang, pertama kali pada masa Yunani kuno. Lalu dilanjutkan pada zaman pertengahan (yang sebenarnya adalah masa-masa persebaran agama). Telah disinggung di atas, contoh persebaran agama yang diambil adalah Islam yang memang berlangsung pada zaman pertengahan. Lalu ilmu berkembang lagi pada zaman renaissance (14-17 M), dimana kebanyakan pemikiran tokoh-tokoh pada abad ini sudah bebas dan tidak terikat lagi oleh dogma-dogma agama. Sebut saja seperti Isaac Newton dan Darwin. Zaman ini merupakan zaman peralihan dari zaman pertengahan menuju zaman modern. Ketika di zaman modern, ilmu-ilmu yang berkembang itu lebih didasari oleh pemikiran-pemikiran yang ilmiah dan empiris. Seperti Darwin yang sangat fanatik dengan teori evolusinya. Inilah yang mungkin menyebabkan banyak teori-teori komunikasi yang tidak pernah mencantumkan nama-nama besar dari cendikiawan-cendikiawan Islam (seperti Al Kindi, Al Farabi, dll) sebagai tokoh yang berjasa dalam mengembangkan komunikasi itu sendiri pada zaman pertengahan. Mungkin ini ada kaitannya dengan masa kegelapan (dark ages) yang terjadi di Eropah yang kala itu merupakan zaman keemasan peradaban Islam. Contoh peristiwa penting yaitu perang Salib yang terulang sebanyak enam kali. Hal ini tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, tetapi juga menyadarkan serdadu-serdadu eropah akan kemajuan negara-negara Islam yang sedemikian pesatnya. Sehingga mereka menyebarkan pengalaman-pengalaman mereka itu sekembalinya di negara masing-masing. Pada tahun1453 M, Istambul jatuh ke Turki, sehingga para pendeta atau sarjana mengungsi ke Itali atau negara-negara lain. Mereka inilah yang menjadi pionir-pionir perkembangan ilmu di Eropah. Padahal sebenarnya mereka ini mendapatkan pengetahuannya dari peradaban Islam yang telah maju lebih dulu. Mengenai perkembangan komunikasi yang lebih cenderung diklaim sebagai bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan di Amerika dan Eropah, sebenarnya kembali pada pola pemikiran dari manfaat ilmu pengetahuan yang ditemukan. Pada dasarnya, orang Amerika dan Eropah cenderung untuk mematenkan suatu ciptaan, sedangkan pemikir-pemikir di Asia dan peradaban Timur tengah lebih cenderung kepada manfaat dari hasil temuannya itu. Padahal jelas, sejarah menceritakan secara gamblang bahwa peradaban yang sangat maju telah berlangsung lebih dulu di Cina dan Timur Tengah.
Penutup
Penjelasan sejarah di atas sudah cukup membuktikan bahwa sebenarnya sejarah perkembangan komunikasi sebenarnya tidak pernah terputus. Karena pada dasarnya hubungan antara komunikasi sebagai bagian dari perkembangan peradaban manusia begitu erat. Hal ini dikarenakan aktifitas retorika sudah ada di zaman pertengahan, tetapi memang belum berbentuk ilmu. Fenomena yang lebih banyak bersifat dakwah (persebaran agama) ini baru berupa gejala-gejala sosial, dan pada masa itu belum ada suatu ilmu yang mengkhususkan fokus dan lokus kajiannya tentang komunikasi. Tetapi setidaknya hal di atas cukup memberikan argumen bahwa komunikasi merupakan fenomena yang sudah sangat lama terjadi dan baru dikaji secara utuh sebagai suatu ilmu pada abad ke-19 di daratan Amerika.
Daftar Pustaka
Effendi, Onong Uchjana. (1993). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.Citra Aditya bakri. Hal. 2-7.
Fathurrohman, D dan Wawan Sobri. (2002). Pengantar Ilmu Politik. Malang: UMM Press. Hal. 2-6
K.MA, Hajarudin. (1994). Isa Almasih A.S Wafat di India. Bogor: CV.Bintang Tsurayya. Hal 15-54.
Kuswata, Agus Toho dan Kuswara Surya Kusumah. (1990). Komunikasi Islam dari Zaman ke Zaman. Jakarta: Arikha Media Cipta.
Prajarto, Nunung. (2002). Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Komunikasi, Akar Sejarah dan Buah Tradisi Keilmuan. Yogyakarta: ……..?
Rogers, Everett M. (1994). A History of Communication Study: A Biographical Approach. New York: The Press. Hal 34-37.
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. (1990). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Hal 42-50.
Wahid, Abdurrahman. (1995). Konfusianisme di Indonesia: Pergulatan Mencari Jati Diri. Yogyakarta: INTERFIDEI.

sumber : http://defickry.wordpress.com/

Sabtu, 12 Mei 2012

Pemda dan Kontraktor, di nilai "Kongkalikong"

SALAKAN-Proses tender di lingkup pemda Bangkep, kembali di sorot, sorotan itu tidak hanya dari Ketua DPC PDI Perjuangan, akan tetapi sorotan tersebut kini di lontarkan oleh Moh. Iqra Selaku Ketua Umum Ikatan Pemuda Banggai Kepulauan di Palu Sul-teng.

Menurutnya mengenai statement, Israfil Malinggong yang mengatakan proses tender tentang pengadaan barang/jasa, sudah melanggar inpres nomor 17 tahun 2012. Bagi dia hal itu benar, dan dia sangat yakin. dan hal ini sudah terjadi tahun sebelumnya. bagi pria kelahiran Abason ini, proses tender tidak sesuai prosedur dan regulasi yang ada. dia menilai kalau Pokok permasalahan ada sama Pemerintah Daerah, khususnya yang mengurus proses tender tersebut, karena tidak mengindahkan aturan yang sudah ditetapkan.

"ini seharusnya Pemda menjadi satu contoh patut mengikuti mekanisme yang sudah diajurkan berdasarkan amanat dan instruksi yang ada" terang Iqra. Iqra menduga proses tersebut disinyalir ada "kongkalikong" antara pemerintah daerah dan kontraktor. diakhir pembicaraan Ketua Umum Pelajar Islam Indonesia (PII) Sulteng ini, berharap agar pemerintah daerah mau belajar dan merubah kesalahan itu agar tidak terulang kembali (AMAD)


Berita Luwuk Post, pada rubrik Radar Bangkep edisi sabtu 12 mei 2012.

Jumat, 11 Mei 2012

Bursa KNPI: Ketua IPBK Angkat Bicara

SALAKAN-Ketua Umum Ikatan Pemuda Banggai Kepulauan (IPBK) di Palu Sulawesi Tengah, Moh. Ikra angkat bicara soal bursa calon Ketua KNPI Bangkep yang kini tengah ramai di bicarakan. menurutnya siapapun calonnya KNPI Bangkep harus menjadi garda terdepan dalam pembangunan daerah. "kondisi sekarang, tidak begitu, KNPI Bangkep seakan menjadi organisasi kendil, tidak memiliki militansi, bahkan menjadi beban bagi pemerintah daerah." ujar Moh. Ikra.

Karena itu, menyikapi pemilihan Ketua KNPI, kata dia, semestinya kandidat yang ingin mencalonkan, harus betul-betul dari kalangan pemuda independen. artinya tidak terikat kepentingan, belum PNS, belum menikah,dan murni belum terkontaminasi dengan dunia politik. hal ini dimaksudkan, agar nanti ketua terpilih bisa fokus total mengurus organisasi. "saya melihat beberapa kandidat yang siap maju, justru muncul dari kalangan yang jelas-jelas sudah terikat, seperti sudah PNS, tokoh parpol dan birokrasi," katanya.

demikian juga kalo dari kalangan politisi, bisa jadi KNPI akan digiring untuk dijadikan mesin Politik "ya seperti yang sudah terjadi sebelumnya dimasa kepemimpinan Ghifari Unus." tandas mahasiswa semester VI Ilmu Komunikasi Fisip Untad ini. Pria asal desa Abason Kec. Totikum ini menilai dari sekian banyak kandidat yang siap maju, semua layak tapi mereka sudah tidak independen. (AMAD)


Berita di Luwuk Post edisi Jumat 11 mei 2012 pada Rubrik Radar Bangkep.

Senin, 07 Mei 2012


Foto: ini adalah Pantai di Desa Abason, Kampung saya, Air Laut kering sepanjang 100 Meter dari bibir Pantai, Akibat gempa tektonik berkekuatan 6,5 SR, terjadi pada hari kamis, 4 Mei 2000 waktu itu saya baru berumur 9 tahun, sekarang lokasi ini menjadi perubahan Rakyat. Foto ini di abadikan oleh Saudara Syaripuddin Dulati seminggu pasca Gempa.


Foto : Bangunan SDN Inpres Abason, sekolah saya, yang runtuh akibat Gempa Bumi berkekuatan 6,5 SR. terjadi pada tanggal 4 mei 2000 jam 13.00 Wita, waktu itu saya masih duduk di kelas 3 SD. Foto ini di abadikan oleh Saudara Syaripudin Dulati, seminggu pasca Gempa.

IPBK Menanam

Ikatan Pemuda Banggai Kepulauan (IPBK) di Palu-Sulteng, melakukan pohon pada hari minggu 5 mei 2012, sekitar jalan Soeprapto dan Jalan KS Tubun, Kelurahan Besusu Tengah Palu Timur.

kegiatan tersebut merupakan kerja sama antara IPBK Palu dengan Dinas Pertanaman Kota Palu.
Menurut Ketua IPBK Palu, Moh. Iqra, kegitan ini merupakan wujud dan partisipasi generasi muda dalam membangun kota Palu. "ini merupakan salah satu wujud generasi muda membangun Kota Palu," kata Iqra yang juga Ketua Umum PII Sulteng.

sementara itu, Sekretaris IPBK Palu, Nasrullah Nawawi, menuturkan bahwa kegiatan ini program kerja IPBK dalam rangka mendukung Penghijauan Kota Palu menuju Piala Adipura. tuturnya.

IPBK melakukan penanaman Pohon sebanyak 50 batang, yang terdiri pohon mangga dan nangka.

Pidato HARBA PII Ke-65 Ketua Umum PB PII, M. Ridha


PIDATO HARBA KE-65 PELAJAR ISLAMINDONESIA
SENANTIASA SETIA MELAHIRKAN KADER PEMERSATU UNTUK MENGHIMPUN KEUNGGULAN BANGSA
Bismillahirrahmaanirrahiim...
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu
Ba’da muqaddimah....
65 tahun yang lalu, tepatnya 4 mei 1947, kebangkitan pelajar Islam telah memberikan warna dalam sejarah perjalanan bangsa. Kesadaran akan kebutuhan partisipasi menyeluruh, dari semua elemen bangsa untuk mengawal Indonesia yang masih muda pada saat itu, telah mendorong berbagai organisasi pelajar Islam se Indonesia berfusi, menyatukan diri dalam sebuah wadah perjuangan, Pelajar Islam Indonesia. Semangat mempertahankan kemerdekaan, mengukuhkan tekad sebagai manusia Indonesia yang siap menyongsong dunia luas, sebagai sebuah bangsa merdeka, berdiri sejajar dengan bangsa lain di dunia,menjadi motivasi yang kuat untuk berkorban secara lahir dan bathin. Banyak sudah para syuhada yang dihantarkan oleh PII dalam mengawal Indonesia merdeka.
Saudara-saudara PII se tanah air...
Adalah tidak mudah untuk menemukan kata merdeka, apatah lagi untuk meraihnya. Ratusan tahun berada dalam penjajahan bangsa lain. Terjajah sampai pada hal yang paling subtil, sehingga menemukan arti merdeka, bertauhid, hanyalah atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa. Maka kehadiran PII sebagai sebuah gerakan pelajar adalah bentuk rasa bersyukur yang sangat cerdas dan sangat tepat. Rasa bersyukur yang bersifat aktif. Rasa syukur yang menggerakkan. Rasa syukur yang diformulasikan dalam niat menisbahkan diri mengawal bangsa Indonesia merdeka. Dengan mencetak kader-kader pelajar Islam yang cerdas bersikap, cakap bertindak, dan berkepribadian muslim, yang akan mengisi perjalanan panjang bangsa dan negara Indonesia selanjutnya.
Kader- kader PII sekalian..
Warisan formulasi perjuangan, semangat untuk selalu memberikan yang terbaik untuk bangsa telah banyak dicontohkan oleh para pendahulu PII. Mereka telah menjalankan kewajibannya. Itulah amal jariyah mereka yang akan dipertanggungjawabkan dalam mahkamah sejarah. Generasi sekarang, kita, adalah salah satu mata rantai sejarah, yang tak kurang tanggung jawabnya seperti mereka. Tantangan bangsa dan negara kita kedepan menuntut kita untuk terus mengembangkan diri, mengembangkan organisasi. Sebagai sebuah gerakan, idealisme harus mampu melampaui kenyataan. Sebagai sebuah gerakan, penglihatan kita harus lebih tajam, pendengaran kita harus lebih jernih. Harapan Indonesia masa depan berada dipundak kita!
Dengan kesadaran akan beragamnya bentuk keberIslaman di Indonesia, sekaligus meyakini akan pentingnya persatuan umat, untuk mendayagunakan segala potensi yang dimilikinya dalam mencapai izzul Islam wal muslimin, PII senantiasa menempatkan diri sebagai kader pemersatu. Dengan mengambil konsensus minimal, persamaan keyakinan kepada Allah sebagai Khalik, dan Nabi Muhammad  SAW sebagai Nabi dan Rasulnya, PII menegaskan diri sebagai wadah berhimpunnnya para pelajar yang beorientasi pada hal-hal yang produktif dan bersikap bijak terhadap segala keberagaman yang tidak prinsipil atau furu’.
Situasi dan kondisi kebangsaan kita akhir-akhir ini, dan kedepannya, membutuhkan karakter manusia seperti yang dibentuk dalam organisasi PII. Transisi budaya dunia, yang mengarah kepada heterogenitas , mempengaruhi cara pandang dan cara bersikap manusia. Desakralisasi di berbagai level otoritas, terutama dalam institusi politik dan keagamaan, menandakan menguatnya otonomi individu.  Relasi-relasi sosial antara anak dan bapak, guru dan murid, kiyai dan santri, ulama dan umat, mengalami pergeseran nilai dan makna.Konflik-konflik sosial, antara satu kelompok dengan yang lain, antara satu pengikut dengan pengikut yang lain, seringkali mengitari kita. Saling menebar kebencian menjadi konsumsi kita sehari-hari.
Perilaku yang umum demikian, kita sadari telah melemahkan daya bangsa ini. Di tengah kompetisi antara kelompok bangsa di dunia untuk menjadi yang paling unggul di atas muka bumi ini, kita sebagai bangsa yang berpotensi besar, terlalu banyak menghabiskan energi untuk menyelesaikan masalah internal.
Sahabat sekalian..
Dengan mengambil ranah pendidikan dan kebudayaan sebagai lahan garap, PII secara tegas menempuh jalan radikal. Pendidikan adalah dasar dari segala upaya dalam membangun peradaban. Misi pendidikan adalah misi profetik atau misi kenabian. Misi yang berawal dan berakhir untuk membentuk insan kamil. Insan kamil yang menjadi konsepsi ideal manusia yang akan melahirkan kebudayaan unggul demi mencapai keselarasan relasi manusia, alam dan Allah swt.
Bangsa yang maju haruslah memiliki budaya produktif. Persaingan nilai-nilai kehidupan akan senantiasa berlaku diatas muka bumi. Hanya bangsa yang berkarakter kuat, budaya yangproduktif, yang mampu menawarkan tatanan untuk mengatasi persoalan-persoalan kehidupan, yang akan memenangkan pertarungan
PII sebagai tempat berlatih tidak akan luput dari persaingan. Adaptasi dan inovasi harus  terus menerus dilakukan untuk memperkaya strategi penularan budaya yang kita idealkan.Organisasi adalah tempat kita mengelola ikhtiar dalam mencapai tujuan mulia, kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan. Kita tidak boleh berpuas diri dengan yang ada. Lingkungan yang terus berubah menuntut kita untuk selalu berbenah diri.
Masyarakat, sebagai asal dan tujuan kita, adalah wahana belajar yang luas. Persentuhan yang intensif akan memperkaya pengalaman dan mengasah kepemimpinan. Diberbagai level organisasi kita, mulai dari Pengurus Komisariat sampai ke Pengurus Besar, harus memperbanyak persentuhan dengan masyarakat. Melalui kegiatan perkampungan kerja pelajar, bakti sosial, dan berbagai kegiatan lainnya, PII akan senantiasa belajar bersama dengan masyarakat. Dengan jalan inilah karakter cendikia dan pemimpin akan terbentuk.
Indonesia yang begitu besar ini tak mungkin kita biarkan dikelola sendiri oleh pemerintah. Persoala pendidikan di Indonesia tidak bisa hanya dipandang sebagai persoalan departemental semata. Pendidikan adalah persoalan yang ada di setiap lini kehidupan berbangsa. Sebagaimana kesadaran yang terbangun di dalam diri kader pii, pendidikan adalah persoalan dari sebelum lahir sampai ke liang lahat. Untuk itu gerak yang sinergis dengan pemerintah adalah  hal yang perlu, tanpa lupa untuk saling mengingatkan.

Sahabat-sahabatku kader PII seperjuangan...
Dengan memperingati harba ke 65 ini,sekali lagi,PII harus hadir sebagai pencerah kehidupan bangsa. Kader PII adalah kader yang dididik mengedepankan kepentingan yang lebih besar daripada mempersoalkan perbedaan yang niscaya adanya. Untuk itu, kader PII, kita, harus bergerak terdepan dalam menghadapi situasi ini.

Kader PII dimanapun harus mampu memberikan dorongan positif, semangat produktif, dan berkompetisi berdasarkan prinsip fastabiqul khairat. Sikap ini harus dimiliki dan digaungkan oleh kader kepada semua elemen bangsa.Kecintaan dan rasa tanggung jawab terhadap bangsa dan negara ini akan mampu membuka penglihatan dan pendengaran kita untuk membuka jalan-jalan kemajuan dimasa yang akandatang.
Selamat Hari Bangkit ke-65 Pelajar Islam Indonesia
Jakarta, 4 Mei 2012
M. Ridha
Ketua Umum PB PII

Rabu, 25 April 2012

Profil Singkat Desa Abason.

Cacatan: Moh. Iqra (Palu.25.4.2012)



Desa Abason, merupakan sebuah desa yang terletak di bagian timur pulau peling, tepatnya dikecamatan totikum Kabupaten Banggai Kepulauan, jaraknya sekitar 60 KM dari meter dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Banggai Kepulauan, Kota Salakan.

Desa yang huni sekitar 600 KK ini, berhadapan langsung dengan Laut Maluku, laut yang menjadi perbatasan antara Provinsi Sulteng dengan Provinsi Maluku Utara, sebagian besar masyarakat didesa ini bermata percaharian sebagai Petani.

Desa ini terbilang cukup makmur, fasilitas desa, seperti Fasilitas Olahraga, pendidikan, Jalan, Telekomunikasi (jaringan XL), listrik walaupun baru beroperasi 6 jam, kemudian air bersih, dsb, cukup memadai dan cukup membantu Aktivitas Masyarakat Desa, di desa ini terdapat  1 buah PAUD (TK), 2 Sekolah Dasar, 1 Madrasah Tsnawiyah Negeri (MTs), dan 1 Madrasah Aliyah.


sekitar 95% Penduduk desa ini beragama Islam, 5 % beragama Kristen Katolik. tepat ditengah-tengah desa, berdiri dengan kokoh, sebuah mesjid yang menjadi lambang persatuan masyarakat desa.

didesa ini juga terdapat sebuah tempat pariwisata, bentangan Pasir Putih Indah, jaraknya hanya sekitar 2 KM dari desa Abason, dan dapat dilalui semua jenis kendaraan.

telah banyak prestasi yg dicapai desa ini, pada tahun 2007 dan 2010 desa abason mewakili Provinsi Sulteng, pada lomba desa tingkat Nasional. sebuah prestasi yg luar biasa yang menunjukan bahwa masyarakat didesa ini memiliki kepedulian yang luar besar terhadap pembangunan bangsa.

akan banyak hal-hal baru yang di jumapi didesa ini, jika anda ingin mengunjungi desa ini, hanya membutuhkan waktu 1 jam dari Ibukota Kab, Banggai Kepulauan, dan dapat di tempuh dengan kendaraan roda dua, empat ataupun kendaraan Umum.

Selasa, 24 April 2012

Pola Kebijakan, Visi dan Misi PW PII Sulawesi Tengah

  POLA KEBIJAKAN UMUM
PENGURUS WILAYAH PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)
SULAWESI TENGAH
PERIODE 2011-2013
*Dibahas dan disahkan pada Rapat Pleno Wilayah PW PII Sulteng di Palu tanggal 10-13 Oktober 2011


PENDAHULUAN
“Sesungguhnya Allah menyuruh menyampaikan amanah kepada yang berhak, memelihara dan menyuruh kepada kamu agar menetapkan hukum di aatara manusia dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pelajaran yang sebaik-baiknya kepada mu. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi maha melihat”. {Q.S An-Nisa[4]:54}
Barang siapa yang menolong Agama Allah Niscaya, dia akan Menolongmu dan meneguhkan Kedudukanmu”. (Q.S Muhammad : 7)
Pelajar Islam Indonesia Bangkit atas dasar keinsyafan dan bentuk keprihatinan atas Kondisi bangsa dan Umat Islam Indonesia pada decade awal kemerdekaan bangsa Indonesia, yang di pelopori oleh kaum intelektual Muda, tak bisa dipungkiri bahwa perjalanan sejarah telah menempatkan PII kedalam sebuah cacatan emas sejarah Perjuangan dan  perjalanan Bangsa Indonesia.
Kebangkitan PII dilandasi oleh, Motivasi Ke-Islam-an dan Kebanggasaan, kebijakan Politik Belanda dan Jepang terhadap umat Islam dan bangsa Indonesia sangat mempengaruhi kepada generasi Muda utamanya pada kalangan Pelajar. Akibat Politik-Asosiasi, misalnya banyak pelajar Indonesia yang mendapat kurikulum Belanda, gaya pendidikan inilah yang memicu perbedaan antara pelajar didikan Belanda dan pelajar hasil pendidikan trasional belanda di Indonesia yang mengutamakan Pendidikan Pesantren, yang pada akhirnya terjadi dikotomi dalam dunia Pendidikan sekaligus memunculkan jurang pemisah antara Pendidikan Modern warisan Belanda dan Pendidikan Pesantren. Sehingganya muncullah ide untuk menyatukan Jurang pemisah diantara kedua hal tersebut melalui organisasi, maka didirikanlah Organisasi Pelajar Islam Indonesia pada 4 mei 1947 di Yogyakarta.
Dua Motivasi itulah yang kemudian menjadi Landasan gerak PII dalam mewujudkan misi dan eksistensi tengah-tengah keberagaman masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Seiring dengan proses dan perubahan masyarakat Indonesia dewasa ini, Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PII) Sulawesi Tengah periode 2011-2013, menyusun Pola Kebijakan yang digariskan melalui amanah  Konferensi Wilayah ke-20 di Kabupaten Banggai Kepulauan. Semoga ini menjadi pijakan awal bagi periode ini untuk merealisasikan semua kebijakan-kebijakan organisasi.
LANDASAN
1.    Ideal                                  : Al-Qur’an dan Al-Hadist
2.    Konstitusional                : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PII
3.    Strategis                           : Khitah Perjuangan dan Falsafah Gerakan PII
4.    Program                           :  - GBPK PW PII Sulawesi Tenga
-    Hasil-Hasil Muswil Korps PII Wati Sulawesi Tengah
-    Hasil-Hasil Muswil Korps Brigade PII Sulawesi Tengah


MAKSUD DAN TUJUAN

1.    Maksud
Pola Kebijakan Umum Pengurus Wilayah PelajarIslam Indonesia (PII) Sulawesi Tengah periode 2011-2013 ini, dimaksudkan untuk dijadikan Kerangka dasar pergerakan Pelajar Islam Indonesia Sulawesi Tengah, sekaligus mempermudah arah periodisasi kepengurusan PII kedepan.
2.    Tujuan
Tujuan Pola Kebijakan Umum Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Sulawesi Tengah periode 2011-2013 adalah Sinergitas Gerakan menuju PII Dinamis dan Mandiri. Dengan melakukan Konsolidasi Internal, Ekspansi Jaringan dan kajian isu strategis keseluruh element masyarakat yang berbasiskan kaderisasi dan pengelolaan Lembaga secara mandiri dan profesional.

SETTING PROBLEM
1.    Internal
a.    Kaderisasi
Persoalan kaderisasi merupakan hal pokok yang menjadi ujung tombak bagi setiap harakah (pergerakan) baik itu yang berideologikan Islam atau pun yang tidak berideologikan Islam. Kaderisasi memegang peranan penting, karena dalam proses inilah transformasi kultur dan tatanan moral kekaderan itu akan dibangun. Baik dan buruknya output(keluaran) yang dihasilkan tergantung pada sejauh mana proses kaderisasi itu dilaksanakan dengan semaksimal mungkin. Namun perlu untuk disadari bahwa persoalan kaderisasi tidak hanya mencakup pada tataran wilayah perkaderan misalkan training. Sehingganya pada tataran lain justru terabaikan seperti follow up pasca training, ta’lim dam kursus justru terabaikan. Yang justru dari situlah proses tarbiyah yang menjadi sarana tempat kader PII mengasah keilmuan dan keterampilannya. Sehingga pada akhirnya melahirkan kader yang kurang berkapasitas pada kelimuan dan kreatifitasnya dalam menggali potensi dirinya, yang secara lansung akan berimbas pada potensi kelembagaan dimana kader itu bernaung. Lemahnya pemahaman terhadap konsep ta’dib PII ditingkatan wilayah juga berpengaruh besar pada implementasi kaderisasi. Proses kaderisasi yang termanifestasikan dalam tiga bentuk kegiatan yakni Training, Ta’lim dan kursus yang kurang optimal, sehingga dapat dilihat dari kuantitas maupun kualitas kader dalam keaktifannya. Dalam hal ini proses ta’lim dan kursus yang merupakan kegiatan follow up pacsa training tidak terjalankan semaksimal mungkin. Inovasi dan kreatifitas akan metode pelaksanan aktivitas kaderisasi baik training dan follow up pasca training dikembangkan sesuai dengan kebutuhan ril sehingga tidak terjadi kejemuan didalamnya Kuantitas rekruitmen kader pada jenjang training pasca Batra sangat minim, yang berimbas kurangnya pada jenjang training selanjutnya (Intra dan Advantra) sehingga supplay kader tingkatan wilayah sangat kurang, sehingga hal ini tentu saja memberikan batasan bagi jumlah kader aktif di tubuh wilayah sementara luasnya wilayah

b.    Sumber Daya Manusia/Kader
Kita semua menyadari bahwa salah satu problem yang cukup akut dalam tubuh PII adalah mininnya Kader yang memiliki kapasitas dan kualifikasi untuk mengerakkan organisasi baik itu melalui stuktur Kepengurusan maupun non stuktur, sehingga berimplikasi pada pencapaian target program kerja maupun misi PII.

Padahal, kader PII memahami bahwa Kader adalah ruhnya organisasi. Dan yang ironis lagi kita belum mampu mendeteksi jumlah Kader PII khususnya yang ada Sulawesi Tengah. Sehingga terjadi kesulitan didalam melakukan pemetaan gerakan yang berorientasi Kader. Belum lagi masalah kualitas kader yang belum begitu memadai untuk dijadikan garda terdepan didalam pergerakan organisasi.

Permasalahan diatas, tidak lepas dari proses dan system kaderisasi serta pembinaan setiap kader pasca perekrutan, yang memang kita harus mengakui bahwa kita belum sepenuh hati melakukan itu, sehingga menjadi kendala yang pada periode ini kami berusaha mengangkat permasalahan ini dengan penuh keseriusan dan militansi secara menyeluruh.

c.    Kelembagaan
Sebagai lembaga yang turut serta memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, tentunya PII mengharuskan adanya keterorganisasian atau keteraturan pada setiap aktivitas kelembagaan, hal ini akan menjamin keberlansungan pencapaian tujuan PII itu sendiri. Sebab “kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir” sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ali R.a.  Tentunya, hal tersebut, dimulai dari kemampuan  lembaga tersebut secara internal. Manajemen tentunya memegang peranan penting sebagai software (perangkat lunak) yang memprogram segala aktivitas kelembagaan. Bila manajemen dalam suatu kelembagan kurang baik, maka dapat dipastikan  akan terjadi benturan-benturan internal yang akibatnya tumpang tindih berbagai kepentingan dalam organisasi tersebut tidak dapat diakomodir dengn baik yang pada akhirnya melemahkan kekuatan organisasi itu sendiri.
Dari segi teritorialnya, memang kawasan garap PII Sulteng yang luas mengakibatkan hubungan koordinasi yang kurang baik. Sehingganya control dan pembinaan secara vertical maupun horizontal tidak terjalankan sebagaimana mestinya, dan tak jarang koordinasi yang terbangun melalui komunikasi jarak jauh. Sehingga informasi yang didapatkan kurang akurat  sehingga berimbas pada penanganannya.
Pengembangan jaringan dan mitra kerja perlu dibangun secara massif dengan memperhatikan asas indepensi dan interpendensi sehingganya dapat mengukuhkan peran PII sebagai gerakan pelajar dapat memperjuangkan hak-hak kepelajaran.

d.    Administrasi dan Keuangan
Sudah menjadi keharusan dalam setiap berorganisasi, yakni pengelolaan system administrasi secara professional. Tapi di PII hal itu seakan menjadi hal yang sulit diwujudkan, kita bisa melihat penggelolaan system administrasi yang ada, jauh dari system penggelolaan yang ada (Pendoman Penyelenggaraan Administrasi/PPA) baik itu dieselon Pengurus Besar maupun eselon dibawahnya (Pengurus Wilayah, Daerah dan Pengurus Komisariat), padahal secara teori, penggelolaan Administrasi di PII telah ada mekanisme dan aturan sebagaimana yang ada dalam Pedoman Penyelenggaraan Administrasi (PPA) yan disusun sejak tahun 1990-an dengan menyesuaikan perkembangaan zaman yang ada tapi dalam prakteknya jauh dari idealnya.

Penggelolaan keuangan hanya monoton berharap pada Keluarga Besar PII dan donator lainnya, tanpa kemudian mampu menciptakan sumber-sumber pendanaan secara mandiri dan professional. dari Keluarga Besar PII pun, tidak mampu dikelola secara baik, sehingga berbagai kebutuhan organisasi berjalan apa adanya. Padahal potensi yang ada sudah cukup mendukung untuk dikelola secara baik misalnya Kuantitas  Keluarga Besar PII dan peluang-peluang lain yang bisa dimamfaatkan.

e.    Budaya Organisasi
Tradisi merupakan sebuah kebiasaan yang terus dilestarikan secara terus menerus dan berkesinambungan oleh suatu kelompok  masyarakat tertentu, baik hal itu baik maupun buruk. PII sebagai organisasi yang melakukan proses penyempurnaan, maka budaya organisasi yang sehat perlu juga untuk dibangun, seperti disiplin waktu, budaya santai, pola hubungan antar sesama personalia pengurus (Human Relations) yang kurang kuat dan lain sebagainya, yang sama sekali tidak mendukung eksistensi organisaisi, walhasil hal ini berimplikasi pada penyelesaian kerja-kerja organisasi yang tidak berdasar pada semangat kerjasama yang pada akhirnya menhambat pelaksanaan program kerja organisasi.

2.    Eksternal
a.    Kondisi Sosial Budaya
Era reformasi telah bergulir selama 13 tahun, tatanan sosial budaya masyarakat telah berubah seiring dengan perubahan zaman, telah terjadi perubahan dalam berbagai asfek kehidupan seperti Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, bergesernya, terjadi transformasi kehidupan dari masyarakat produktif menuju menuju masyarakat konsumtif, dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, kebebasan media, dan lain sebagainya, disatu sisi memberikan dampak yang positive namun disisi lain dampak negative pun tak bisa terelakkan.

Masyarakat Sulawesi Tengah merupakan masyarakat yang heterogen, terdiri  dari berbagai macam suku, agama, dan ras, disatu sisi memiliki mamfaat namun disisi lain hal ini juga menjadi salah satu motif yang memicu terjadi konflik, baik secara horishontal dan vertikal, seperti konflik Poso beberapa tahun silam, konflik pemindahan ibukota Kabupaten di kabupaten Banggai Kepulauan, tawuran antara pemuda di Kabupaten Sigi, konflik tambang poboya dan yang mengejutkan adalah penembakan dua aparat kepolisian yang sedang berjaga di Bank Central Asia (BCA) Palu yang ditenggarai merupakan gerakan kelompok Islam. adalah beberapa rentetan persoalan yang sewaktu-waktu akan muncul kepermukaan, sehingga hal ini akan mempengaruhi stabilitas keamanan dan ketertiban di Sulawesi Tengah.

Sementara disisi lain,  Kondisi Pemahaman keislaman yang kurang, sehingga berdampak pada Aqidah Umat, dengan ditandai dengan banyaknya kasus-kasus penyimpangan Aqidah, Khufarat, dan Takhayul meski manusia sudah masuk kedalam era modernisasi. Peran media dalam yang mengkampanyekan isu-isu Hedonis, Kekerasan dan seks bebas turut serta berperan aktif dalam penghancuran karakter masyarakat dan semakin jauh dari posisi dan eksistensi masyarakat Sulawesi Tengah yang sesungguhnya.

b.    Politik
Provinsi Sulawesi Tengah telah sukses melaksanakan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2011-2016 yang dihelat pada 6  April 2011, yang mengejutkan tak ada satupun partai-partai Islam yang berani mendorong Kadernya untuk merebut kursi bergengsi di Sulawesi Tengah tersebut.
Pada Pemilu Legislatif 2009 kemarin, partai-partai Islam tak bisa meraih simpati masyarakat Sulawesi Tengah yang mayoritas berpenduduk muslim sekirar 72 % itu. Hal ini dibuktikan dengan perolehan kursi di DPRD Provinsi Sulawesi Tengah, beberapa partai Islam seperti PKS, PBR, PPP, dan PKB tak mampu merebut kursi yang signifikan di banding partai Golkar yang memperoleh 9 Kursi dari 49 kursi dan Demokrat 7 kursi dari 49 kursi kemudian PDIP 5 kursi dari 49 kursi  di DPRD Sulawesi Tengah. Maka secara otomatis kepentingan-kepentingan Umat Islam akan Sulit terakomodasi bahkan Posisi umat Islam seakan tak menentu dalam kehidupan berpolitik di Sulawesi Tengah.
Disisi lain proses demokratisasi, seperti pemilihan kepala Daerah di beberapa Kabupaten berakhir ricuh, seperti kasus Pemilukada di Kabupaten Tolitoli pada 2010 kemarin, dan Kabupaten Banggai, justru membuat kondisi perpolitikan didaerah ini semakin tidak menunjukan arah yang tidak pasti.
c.    Kondisi Pelajar dan Dunia Pendidikan
Masyarakat Pelajar sebagai salah satu komunitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan, ini tercermin dari sebuah realitas pelajaran yang selalu ingin melakukan perubahan terhadap tatanan yang ada, ia ingin keluar dari kebiasaan yang ada sehingga ia mencoba untuk membanding-bandingkan antara yang ada pada dia (nilai-nilai yang sudah ditanamkan orang tuanya) dengan hal yang terjadi di dalam realitas di sekitarnya, sehingga terjadi kompromi-kompromi /penyesuaian terhadap realitas di luar dirinya, dinamika yang terjadi saat ini di dunia pelajar merupakan sebuah realitas, berawal dari kondisi di luar pribadi pelajar,  ada satu kondisi kejiwaan di masa pelajar,  dimana ia ingin selalu diakui eksistensinya & tidak ketinggalan zaman (Tawuran, Narkoba dll). Hal inilah yang membuat ia selalu mudah untuk meniru (Copying Behavior). Sebenarnya yang terjadi pada saat itu merupakan sebuah proses pencarian identitas diri, sehingga ia melakukan coba-coba terhadap hal-hal yang baru, namun yang jadi salah adalah ini di maknai sebagai kenakalan yang mengancam, padahal ini jika kita lakukan pengerahan dengan cara-cara yang lebih baik maka ia akan mengeluarkan potensi positivnya.

Dari segi Sistem pendidikan, kompleksibilitas permasalahan yang ada kian menjadi permasalahan yang sistemik, dimana sistem yang satu pasti aistem yang lain. Pendidikan kiranya tak luput dari hal tersebut. Berubahnya Menteri Pendidikan, maka berubah pula kebijakan dibiang pendidikan dan hal tersebut mengikat pada turunan jajaran dibawahnya sampai pada tingkat sekolah. Prioritas perhatian pemerintah Sulawesi Tengah terkesan setengah-setengah pada peningkatan Kualitas pendidikan, selaku penanggungjawab persoalan pendidikan di Daerah ini, hal yang sama juga terjadi pada masyarakat yang masih saja menganggap pendidikan tidak begitu penting. Sehingga pendidikan terkesan hanya menjadi tanggungjawab segelintir orang, yang mengakibatkan control terhadap pelaksana maupun kulaitas pendidikan itu semakin rendah, belum lagi kasus-kasus penyimpangan dalam pengunaan anggaran pendidikan yakni dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) baik ditingkat pusat sampai pada pelaksanaan teknisnya, sertifikasi guru yang tidak jelas hasil keluarannya (output). Akuntabilitas harus bisa dipertanggungjawabkan. Pendidikan menyangkut seluruh proses dalam pembelajaran, student Unit cost. Semua element harus dapat sit down holistik. Sedangkan dana 208,373 triliun (APBN 2009) sudah banyak tapi program pendidikan masih belum berjalan lancar, untuk RAPBN 2010, pemerintah merencanakan besaran anggaran Pendidikan Departemen-Depertemen diluar DEPDIKNAS.
PRIORITAS SASARAN
Konferensi Wilayah PII Sulawesi Tengah ke-20 di Banggai Kepulauan, telah menghasilkan putusan-putusan salahsatunya adalah Garis-Garis Besar Program Kerja (GBPK) yang digariskan oleh para peserta Konferensi, yang harus dilaksanakan tentunya berangkat dari realitas kekinian terhadap PII dan masyarakat Sulawesi Tengah dewasa ini, yang konsentrasi pada masalah Penataan Internal, Ekspansi jaringan dan kajian isu Strategis.
Garis-Garis Besar Program Kerja (GBPK), merupakan rumusan kebijakan Strategis dan program, Rencana Strategis dan Program kerja Organisasi yang tersusun  secara sistematis, terarah, bertahap, dan terpadu dalam menjabarkan dan mengimplementasikan berbagai asfek kebijakan  yang akan menjadi dasar perumusan kinerja PW PII Sulawesi Tengah periode 2011-2013, yang meliputi asfek:
a.    Penguatan Kaderisasi dan SDM
b.    Penguatan Basis dan Kelembagaan diseluruh eselon Kepengurusan
c.    Sinergisitas gerakan badan induk dan Badan Otonom
d.    Penguatan Jaringan dan Mitra kerja Oragnisasi

DESKRIPSI VISI MISI
Kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam sebagaimana yang menjadi tujuan PII disandarkan pada konsepsi pendidikan & kebudayaan Islam, pendidikan merupakan sebuah upaya menularkan sebuah kesadaran, untuk mempersiapkan manusia melalui sebuah proses yang sistematis, dengan membangkitan kesadaran manusia sebagai ’Hamba Allah & Khalifah Fil Ardi’ untuk itu orientasi pendidikan yang ada haruslah mengarah kepada mempersiapkan generasi yang memiliki kemampuan dasar atas antara lain daya adaptasi terhadap nilai-nilai baru, kreativitas untuk melakukan upaya inovasi dan daya saing untuk tetap eksis ditengah arus global, dalam skala yang lebih luas lagi pendidikan yang dimaksud PII adalah upaya mempersiapkan agen-agen Transformasi, dan Sosialisasi nilai-nilai yang sudah ada didalam proses pendidikan yang dibangun Pelajar Islam Indonesia (PII).
Sebagai suatu upaya untuk mempertegas identitasnya tersebut kita dapat serap 3 (tiga) spirit (serapan dari GBPK yang ada) sebagai paradigama gerakan PII Sulawesi Tengah pada periode ini, antara lain PII sebagai Organisasi Kader, PII sebagai mata rantai perjuangan umat Islam, & PII sebagai komponen civil socity, PII sebagai Organisasi kader memiliki tanggung jawab untuk melahirkan kader-kader yang berkualitas yang memiliki kemampuan serta daya saing yang cukup dalam menghadapi kompetisi di zaman yang akan datang bekal yang cukup, terutama profesionalisme sangat dibutuhkan kader-kader PII kedepannya, PII sebagai tempat berlatih, serta upaya menempa kepribadiann anggotanya atau pelajar yang berkarakter sesuai dengan Islam, wadah belajar, berlatih & juga sebagai alat perjuangan. Sebagai salah mata rantai perjuangan ummat Islam PII mengambil lahan garapnya pada Pendidikan & kebudayaan, untuk terus diperjuangkan sampai ia terwujud dalam masyarakat pelajar yang ceradas, dinamis dan dengan landasan Ketaqwaan kepada Allah. Sebagai komponen dari Civil Socity, PII mengamban amanah sebagai subjek sejarah, dengan misi sucinya melakukan transformasi masyarakat menuju masyarakat Madani, dengan spirit kepeloporan yang sudah tertanam dalam jiwa kader-kader PII, sebagai wujud sifat kepemimpinan yang ditanamkan dalam pembinaan didalam training PII.
Dari Gambaran realitas diatas, maka pada periode ini PW PII Sulawesi Tengah mencanangkan Visi : Sinergitas Gerakan menuju PII Dinamis dan Mandiri. Sinergitas merupakan upaya penyamaan, penyatuhan, dan penyeragaman Gerakan secara serentak dan berkesinambungan antara semua eselon Pengurus, baik Badan Induk dan Badan Otonom, serta seluruh Institusi Pengurus Daerah dan Pengurus Komisariat, hal ini dilakukan untuk menciptakan satu spirit baru dalam mengerakan Organisasi.
Tafsiran Dinamis adalah sebuah kondisi dimana barang atau suatu lembaga itu bergerak terus berjalan seingga ia menjadi sangat maju melebihi zamannya. Pelajar Islam Indonesia memiliki perspektif bahwa dinamisasi itu adalah terwujudnya kesempurnaan secara infra & supra strukturnya yang ada di PII, kenapa mengunakan  kata PII dinamis, Kami memandang bahwa PII sabagai organisasi kader, haruslah memberikan sebuah kontribusi terhadap penyelesaian masalah yang ada sehingga eksistensi dia diakui oleh  zaman & lingkungannya, tanpa ia harus mendefiniskan lagi dirinya. Yang lebih saya titik tekankan lagi untuk PII adalah proses kaderisasi yang berjalan dengan ritme yang telah ditentukan, layaknya seperti sebuah mesih PII adalah mesin pencetak kader yang berkualitas sehingga ia mempu neguhkan posisi organisasinya. Kader sebagai sebuah out put yang diberikan PII kepada masyarakat, merupakan sebuah kontribusi PII terhadap problem yang tejadi sehingga kebermanfaatnya dirasakan oleh semua pihak, tentunya dengan kader-kader yang memiliki empati yang lebih dari orang bisa, sehingga keberadaanya menjadi sebuah problem solver dari masalah yang ada. Sedangkan
Mandiri adalah sebuah proses Kedewasaan dalam mengelola Organisasi dari segala Asfek Institusi Organisasi, seperti Kelembagaan, Adminstrasi dan Keuangan, yang proses pengelolaannya secara profesional dan sesuai dengan mekanisme dan aturan berorganisasi, yang pada akhirnya akan berimplikasi pada eksistensi Organisasi secara bersimbungan yang dilandasi dengan Budaya dan Militansi Organisasi.
RENCANA KERJA
Dalam mengimplementasikan strategi program, baik jangka panjang maupun jangka pendek, butuh modalitas utama yang akan menyokong terealiasainya strategi program tersebut. Berikut ini beberapa modalitas utama yang diharapkan ada pada segenap unsur kepengurusan, baik dalam struktur, kultur dan kepemimpinannya.
-          Adanya kesadaran profetik pada diri kader yang memungkinkan energi kesalehan mengiringi sikap dan tindakannya.
-          Adanya kepedulian yang tinggi (sense of responsibility) pada segenap kader terhadap kondisi keummatan, terutama yang terkait dengan bidang garapnya, yakni dakwah, pendidikan dan kebudayaan.
-          Adanya keterdekatan yang intens pada  diri kader (pengurus) terhadap realitas kepelajaran. Keterdekatan itu bisa muncul jika rentang usia kader (pengurus) tidak terlalu jauh dari rentang usia pelajar sebagai subjek garapnya. Dalam hal ini peremajaan usia aktif  menemukan signifikansinya.
-          Struktur kepengurusan menjadi ruang sosial yang memungkinkan kader untuk belajar berbasis problem dan belajar berbasis aktivitas kreatif. Prasyaratnya adalah bahwa dalam struktur, kader tidak banyak terbebani oleh aktivitas yang bersifat rutinitas struktur.
-          Adanya regenerasi yang efektif berbasiskan sistem kaderisasi yang berkesinambungan dan terstruktur.
-          Adanya sistem pendidikan Kader melalui Sistem Ta’dib yang terbuka dan berperan dalam kemanfaatan umat dengan mengacu proses transisi
-          Adanya keterbukaan lembaga dalam berinteraksi dengan beragam elemen (lembaga/pihak lain) seperti Pemerintah dan Ormas/OKP lain yang bisa menyokong peran (missi dan eksistensinya) di masyarakat, dengan mengacu pada asas independensi dan interdependensi.
-          Adanya Dukungan dari Keluarga Besar PII yang senantiasa memberikan sumbangsih tenaga, Pikiran dan materi.
-          Adanya Petunjuk pengelolaan Administrasi yang Komplit dan sesuai dengan Prinsip-prinsip manajemen.
-          Terbentuknya Badan Otonom (Brigade dan PIIWati) serta adanya Badan Khusus Organisasi yakni Lembaga Ekonomi Organisasi dan Dewan Ta’dib Wilayah)

Dari modalitas itu kita bisa menyusun langkah-alangkah yang lebih kongkrit lagi untuk mewujudkan sebuah idelitas yang dicita-citakan yaitu terciptanya sebuah Sinergitas Gerakan menuju PII Dinamis dan Mandiri”. Dengan melakukan Konsolidasi Internal, Ekspansi Jaringan dan kajian isu strategis keseluruh element masyarakat yang berbasiskan kaderisasi dan pengelolaan Lembaga secara mandiri dan profesional. Untuk mewujudkan visi tersebut maka rencana strategis dengan dua Asfek yaitu asfek Internal dan Eksternal

Asfek Internal  dilakukan melalui Proses Konsolidasi, Kaderisasi & Pengembangan Instiusi.  Pada tahapan ini PW PII Sulawesi Tengah periode 2011-2013, berusaha Mencanangkan Gerakan 11 Pengurus Daerah dan 110 Pengurus Komisariat (11PD110PK) yang diawali dengan dengan melakukan proses Konsolidasi internal keorganisasian baik seluruh komponen struktur organisasi serta proses penataan kembali supra struktural, &  juga sosialisasi kebijakan dan melakukan pembinaan secara kultural dengan tetap memantapkan eksistensi PII serta menjaga stabilitas internal organisasi, dengan tak lupa ekspansi jaringan seluas-luasnya. Kaderisasi proses pembinaan secara baik, yang dilakukan PW PII  Sulawesi Tengah dengan memperhatikan aspek realitas & mendekatkan diri kepada problem, masyarakat secara umum dan khususnya Pelajar. Yang dibidik adalah Kader tahap awal (Basic Training dan tengah (Intermediate Training). kenapa harus Kader awal dan tengah, kader awal (Basic) sebagai dari upaya pembasisan kader yang kedepan bisa mengawal Visi dan Misi organisasi sedangkan kader Tengah (Intermediate Training) karena untuk bisa melakukan pengawalan terhadap proses  pembasisan dilevel gers root (akar rumput) melalui menguatan secara terstruktur di Institusi PD dan PK dan yang tugas PW PII adalah mencetak sebanyak mungkin kader-kader Advanced Training dan Instruktur untuk melakukan pengawalan terhadap kader-kader PII ditahap tengah dan Bawah ini. Pengembangan Institusi, berupa pembentukan Pengurus Daerah dibeberapa Kabupaten seperti kabupaten Poso, Sigi, Donggala, Parigi Moutong, Tojo Unauna dan Morowali. Kemudian pengaktifan Kembali Pengurus Daerah yang non aktif seperti PD PII kab. Tolitoli dan Buol. Dan Pengawalan PD yang telah terbentuk seperti PD PII Kab. Banggai, Banggai Kepulauan, Banggai Kepulauan I, PD PII Kota Palu.
Dengan indikator sebagai berikut :
o   Tersosialiasinya Visi & Misi PW PII Sulawesi Tengah Periode 2011-2013 ke PD dan PK
o   Terbentuknya Pemahaman yang sama atas kebijakan yang dikeluarkan PW PII Sulawesi Tengah periode 2011-2013
o   Terumuskannya problematika sekitar(keumatan, keperlajaran & Ke-Indonesiaan)
o   Terjadinya sinergitas yang menguntungkan antara semua level institusi, PW, PD dan PK baik Badan Induk dan Badan Otonom
o   Diperolehnya data base kader & Organisasi
o   Mengakarnya pengkaderan dilevel bawah dan menengah
o   Terbentuknya PD PII di seluruh Kota/Kabupaten di Sulawesi Tengah
o   Terbentuknya PK seluruh sekolah dan basis-basis masyarakat  lainnya.

Asfek Eksternal, dilakukan melalui proses Penguatan Jaringan dan Pematangan Isu Strategis. dengan menjalin hubungan keseluruh element masyarakat, seperti Pemerintah, Partai Politik, LSM, Lembaga Pendidikan, Ormas/OKP serta Pers, dengan mengacu pada asas Independent dan Interdepedensi, hal ini berangkat dari probematika keumatan, seperti seks bebas, Narkoba dikalangan pelajar, tawuran antar pemuda, Korupsi, dan problem lainnya perlu kesadaran penuh untuk menyelesaikan problematika tersebut. Disamping itu juga melakukan upaya-upaya yang kaitannya menyelesaikan problem-problem keumatan seperti Pembentukan komunitas-komunitas Pelajar seperti JAPAN (Jaringan Pelajar Anti Narkoba), penerbitan media organisasi, seminar, simposium dan Advokasi-Advokasi keumatan lainnya. Dengan Indikator sebagai berikut:
o   Tersosialisasinya Misi dan Eksistensi PII di Element masyarakat
o   Terjadi sinergitas Visi Organisasi dengan program pemerintah Daerah.
o   Terciptanya Kultur masyarakat yang Islami.
o   Terbangunnya Hubungan yang harmonis antara PII dan Masyarakat Pelajar yang merupakan lahan garap organisasi
o   Terbangunnya Peran PII di tengah-tengah masyarakat.
POKOK-POKOK KEBIJAKAN UMUM
Berdasarkan Pokok Pikiran diatas, Pola Kebijakan Umum PW PII Sulawesi Tengah periode 2011-2013 disusun sebagai berikut:
*      Memantapkan dan memperkuat struktur kelembagaan PII yang solid dengan optimalisai potensi keorganisasian dengan kedisiplinan konstitusi dangan prinsip organisasi profesionalisme, efisien dan sensitif terhadap kebutuhan masyarakat denggan menitik beratkan pada tim work
*      Memperkuat basis spritual & intektual kader dengan mengupayakan pembinaan yang berkelanjutan dengan memperhatikan aspek-aspek realitas dimasyarakat, untuk memperkuat basis-basis PII.
*      Memberikan solusi terbaik terhadap problem Kepelajaran dengan melakukan kajian isu yang berkembang
*      Menggalang kerjasama dengan lembaga Pemerintah maupnu Non Pemerintah,  dalam upaya pencapaian misi PII
*      Optimalisasi penataan administrasi dan perangkat-perangkat organisasi secara teratur, efektif dan mampu bergerak cepat seiring zaman.
*      Mengembangkan pola kelembagaan yang ramah terhadap kebutuhan pelajar & mampu memahami kebutuhan zaman
*      Pengkajian kembali isu-isu strategis yang menguntungkan secara kelembagaan & menguatkan kembali identitas lembaga PII sebagai bagian dari mata rantai perjuangan umat Islam Indonesia.
*      Penguatan & penguasaan kembali basis PII di, sekolah Umum, Pesantren & Remaja Masjid dengan mengembangkan pola kemitraan yang produktif

POKOK-POKOK KEBIJAKAN BIDANG
1.    Bidang Kaderisasi
v  Berjalannya  Sistem kaderisasi secara utuh dan Kontektual serta terpola secara baik.
v  Intensifikasi kegiatan training maupun kegiatan follow up pasca training secara komprehensif.
v  Optimalisasi jenjang kepengurusan dengan berbasis jenjang Kaderisasi.
v  Meninggkatkan kapasitas keilmuan dan ke-Islam-an kader sebagai pembentukan Karakter diri kader.
v  Meninggkatkan basis kader secara rutinitas sebagai pembentuk pola Kaderisasi.
v  Penguatan sumber daya muadib pada masing-masing jenjang Training dari segi kualitas dan Kuantitas sebagai penyelenggaraan ta’dib.
v  Pengorganisasian sumber daya muadib pada setiap jenjangnya dalam suatu korps baik instruktur maupun pemandu.

2.    Bidang Pembinaan dan Pengembangaan Organisasi (PPO)
v  Ekspansi Wilayah garapan pada daerah-daerah yang belum tersentuh oleh aktivitas PII.
v  Pembinaan oraganisasi di eselon ditingkat bawah (PD dan PK) secara intens dan terpola.
v  Mengusahakan pengelolaan manajemen kelembagaan yang akurat dan profesional.
v  Pendataan dan Pemetaan potensi Pengurus Daerah, sebagai melakukan pembinaan berbasis organisasi.
v  Membina dan Mengembangkan potensi keilmuan pengurus.

3.    Bidang Komunikasi Umat
v  Membangun mitra strategis dengan berdasar pada isu dan pola gerakan.
v  Membangun basis masa yang dapat menyentuh masyarakat secara langsung dengan mendelegasikan kadernya pada organisasi kemasyarakan..
v  Membangun pusat informasi dan komunikasi PII Sulawesi Tengah dan dapat mengakomodasikan kepentingan PII secara teritorial.
v  Menciptakan media aktivitas pelajar untuk menyalurkan minat, bakat dan kebutuhan pelajar.

4.    Bidang Kesekretariatan
v  Mengusahakan kelengkapan organisasi secara fisik maupun administratif.
v  Pembuatan dan pengelolaan Data internal maupun eksternal secara akurat dan profesional.
v  Penyelenggaraan Administrasi secara tertib, teratur & konsisten agar terlaksananya administrasi yang memudahkan kerja-kerja organisasi secara kewilayahan guna mendukung kelancaran gerak Organisasi

5.    Bidang Keuangan
v  Optimalisasi Pendayagunaan sumber-sumber pendanaan dengan memamfaatkan jaringan Struktural (pemerintah) dan emosional (KB PII).
v  Mengusahakan lembaga Pendanaan yang mandiri dan terkelola secara baik dan profesional.

6.    Badan Otonom Korps PIIWati
v  Pembinaan dan pengembangan korps PIIWati.
v  Konsentrasi pada pembinaan kader-kader tunas untuk memperkuat basis gerakan.
v  Optimalisasi peran dan kinerja pelajar putri, berdasarkan isu, serta membagun sinergisitas kelembagaan.

7.    Badan Otonom Koprs Brigade
v  Optimalisasi peran dan fungsi-fungsi intelejen dan intelektual kader-kader brigade dalam membagun sinergisitas organisasi.
v  Pembinaan dan pengembangan korps Brigade PII.
v  Membina & meningkatkan kwalitas personal( inetelektual & spritual) & kelembagaan BO Brigade untuk memperteguh eksistensi lembaga
v  Mengembangkan jaringan Informasi, kerjasama dalam aksi guna memperkuat ketahanan & kemanan Visi & Misi Organisasi
8.    Badan Khusus Dewan Ta’dib Wilayah.
v  Meningkatkan kualitas mu’adib sebagai motor dari pelaksanaan pembinaan yang sesuai dengan konsepsi ta’dib
v  Melakukan monitoring & evaluasi terhadap implementasi ta’dib diwilayah Sulawesi Tengah, dengan mempertimbangan kultur kedaerahan.
                                                       
9.    Badan Khusus Lembaga Ekonomi
v  Menciptakan dan mengembangkan potensi ekonomi yang mampu menopang pendanaan organisasi
v  Menjalin kerjasama dengan lembaga ekonomi lainnya yang bisa mendukung pendanaan organisasi.
PENUTUP
Pembuatan Pola Kebijakan Umum PW PII Sulawesi Tengah periode 2011-2013 ini merupakan sebuah ikhtiar terhadap realitas yang ada serta idelaitas yang akan dibangun, dan upaya untuk memfokuskan gerakan  dan mensistematiskanya, hal ini merupakan wujud dari perintah Allah dalam al-Qur’an agar kita berjuang dengan barisan (shaf) yang rapi, dan juga seruan sahabat Nabi Ali Bin Abithalib, bahwa kebenaran yang tidak terorganisir akan terkalahkan dengan kebathilan yang terorgansisi. Besar harapan kita untuk dapat menjalankan kebijakan ini dengan baik & konsisten, agar nantinya apa-apa yang menjadi cita-cita yang ada dalam GBPK terwujud dengan fase-fasenya yang mendukung.

            Demikianlah Pola Kebijakan Umum PW PII Sulawesi Tengah periode 2011-2013 ini dibuat, mudah-mudahan ini semua bermanfaat untuk kita bisa menyampaikan PII pada fase selanjutnya. Karena periode ini merupakan sebuah rangkaian yang tidak dapat terpisahkan dari periode sebelumnya & yang akan datang. Kepada Allah SWT kami Menggantungkan harapan serta kepada Muhammad SAW kami mengikut. Semoga Allah memberikan  bekahnya kepada gerakan PII, sehingga orang-orang yang ada di dalamnya menjadi kelompok terbaik/khairu ummat.


PENGURUS WILAYAH
PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)
SULAWESI TENGAH
PERIODE 2011-2013


ttd


MOH. IQRA
Ketua Umum