POLA KEBIJAKAN UMUM
PENGURUS WILAYAH PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)
SULAWESI TENGAH
PERIODE 2011-2013
*Dibahas dan disahkan pada Rapat Pleno Wilayah PW PII Sulteng di Palu tanggal 10-13 Oktober 2011
PENDAHULUAN
“Sesungguhnya Allah menyuruh
menyampaikan amanah kepada yang berhak, memelihara dan menyuruh kepada kamu
agar menetapkan hukum di aatara manusia dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberikan pelajaran yang sebaik-baiknya kepada mu. Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi maha melihat”. {Q.S An-Nisa[4]:54}
“Barang siapa yang menolong
Agama Allah Niscaya, dia akan Menolongmu dan meneguhkan Kedudukanmu”. (Q.S
Muhammad : 7)
Pelajar
Islam Indonesia Bangkit atas dasar keinsyafan dan bentuk keprihatinan atas
Kondisi bangsa dan Umat Islam Indonesia pada decade awal kemerdekaan bangsa
Indonesia, yang di pelopori oleh kaum intelektual Muda, tak bisa dipungkiri
bahwa perjalanan sejarah telah menempatkan PII kedalam sebuah cacatan emas
sejarah Perjuangan dan perjalanan Bangsa
Indonesia.
Kebangkitan
PII dilandasi oleh, Motivasi Ke-Islam-an dan Kebanggasaan, kebijakan
Politik Belanda dan Jepang terhadap umat Islam dan bangsa Indonesia sangat
mempengaruhi kepada generasi Muda utamanya pada kalangan Pelajar. Akibat
Politik-Asosiasi, misalnya banyak pelajar Indonesia yang mendapat kurikulum
Belanda, gaya pendidikan inilah yang memicu perbedaan antara pelajar didikan
Belanda dan pelajar hasil pendidikan trasional belanda di Indonesia yang
mengutamakan Pendidikan Pesantren, yang pada akhirnya terjadi dikotomi dalam
dunia Pendidikan sekaligus memunculkan jurang pemisah antara Pendidikan Modern
warisan Belanda dan Pendidikan Pesantren. Sehingganya muncullah ide untuk
menyatukan Jurang pemisah diantara kedua hal tersebut melalui organisasi, maka
didirikanlah Organisasi Pelajar Islam Indonesia pada 4 mei 1947 di Yogyakarta.
Dua
Motivasi itulah yang kemudian menjadi Landasan gerak PII dalam mewujudkan misi
dan eksistensi tengah-tengah keberagaman masyarakat Indonesia secara
menyeluruh. Seiring dengan proses dan perubahan masyarakat Indonesia dewasa
ini, Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PII) Sulawesi Tengah periode
2011-2013, menyusun Pola Kebijakan yang digariskan melalui amanah Konferensi Wilayah ke-20 di Kabupaten Banggai
Kepulauan. Semoga ini menjadi pijakan awal bagi periode ini untuk
merealisasikan semua kebijakan-kebijakan organisasi.
LANDASAN
1. Ideal : Al-Qur’an
dan Al-Hadist
2. Konstitusional :
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PII
3. Strategis :
Khitah Perjuangan dan Falsafah Gerakan PII
4. Program : - GBPK PW PII Sulawesi Tenga
-
Hasil-Hasil
Muswil Korps PII Wati Sulawesi Tengah
-
Hasil-Hasil
Muswil Korps Brigade PII Sulawesi
Tengah
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud
Pola Kebijakan Umum Pengurus Wilayah PelajarIslam
Indonesia (PII) Sulawesi Tengah periode 2011-2013 ini, dimaksudkan untuk
dijadikan Kerangka dasar pergerakan Pelajar Islam Indonesia Sulawesi Tengah,
sekaligus mempermudah arah periodisasi kepengurusan PII kedepan.
2. Tujuan
Tujuan Pola Kebijakan Umum Pengurus Wilayah Pelajar Islam
Indonesia Sulawesi Tengah periode 2011-2013 adalah Sinergitas Gerakan menuju PII Dinamis dan Mandiri. Dengan melakukan
Konsolidasi Internal, Ekspansi Jaringan dan kajian isu strategis keseluruh element
masyarakat yang berbasiskan kaderisasi dan pengelolaan Lembaga secara mandiri
dan profesional.
SETTING PROBLEM
1. Internal
a. Kaderisasi
Persoalan
kaderisasi merupakan hal pokok yang menjadi ujung tombak bagi setiap harakah
(pergerakan) baik itu yang berideologikan Islam atau pun yang tidak
berideologikan Islam. Kaderisasi memegang peranan penting, karena dalam proses
inilah transformasi kultur dan tatanan moral kekaderan itu akan dibangun. Baik
dan buruknya output(keluaran) yang dihasilkan tergantung pada sejauh mana
proses kaderisasi itu dilaksanakan dengan semaksimal mungkin. Namun perlu untuk
disadari bahwa persoalan kaderisasi tidak hanya mencakup pada tataran wilayah
perkaderan misalkan training. Sehingganya pada tataran lain justru terabaikan
seperti follow up pasca training, ta’lim dam kursus justru terabaikan. Yang
justru dari situlah proses tarbiyah yang menjadi sarana tempat kader PII
mengasah keilmuan dan keterampilannya. Sehingga pada akhirnya melahirkan kader
yang kurang berkapasitas pada kelimuan dan kreatifitasnya dalam menggali
potensi dirinya, yang secara lansung akan berimbas pada potensi kelembagaan
dimana kader itu bernaung. Lemahnya pemahaman terhadap konsep ta’dib PII
ditingkatan wilayah juga berpengaruh besar pada implementasi kaderisasi. Proses
kaderisasi yang termanifestasikan dalam tiga bentuk kegiatan yakni Training,
Ta’lim dan kursus yang kurang optimal, sehingga dapat dilihat dari kuantitas
maupun kualitas kader dalam keaktifannya. Dalam hal ini proses ta’lim dan
kursus yang merupakan kegiatan follow up pacsa training tidak terjalankan
semaksimal mungkin. Inovasi dan kreatifitas akan metode pelaksanan aktivitas kaderisasi
baik training dan follow up pasca
training dikembangkan sesuai dengan kebutuhan ril sehingga tidak terjadi
kejemuan didalamnya Kuantitas rekruitmen kader pada jenjang training pasca
Batra sangat minim, yang berimbas kurangnya pada jenjang training selanjutnya
(Intra dan Advantra) sehingga supplay kader tingkatan wilayah sangat kurang,
sehingga hal ini tentu saja memberikan batasan bagi jumlah kader aktif di tubuh
wilayah sementara luasnya wilayah
b. Sumber Daya Manusia/Kader
Kita
semua menyadari bahwa salah satu problem yang cukup akut dalam tubuh PII adalah
mininnya Kader yang memiliki kapasitas dan kualifikasi untuk mengerakkan
organisasi baik itu melalui stuktur Kepengurusan maupun non stuktur, sehingga
berimplikasi pada pencapaian target program kerja maupun misi PII.
Padahal,
kader PII memahami bahwa Kader adalah ruhnya
organisasi. Dan yang ironis lagi kita belum mampu mendeteksi jumlah Kader
PII khususnya yang ada Sulawesi Tengah. Sehingga terjadi kesulitan didalam
melakukan pemetaan gerakan yang berorientasi Kader. Belum lagi masalah kualitas
kader yang belum begitu memadai untuk dijadikan garda terdepan didalam
pergerakan organisasi.
Permasalahan
diatas, tidak lepas dari proses dan system kaderisasi serta pembinaan setiap
kader pasca perekrutan, yang memang kita harus mengakui bahwa kita belum
sepenuh hati melakukan itu, sehingga menjadi kendala yang pada periode ini kami
berusaha mengangkat permasalahan ini dengan penuh keseriusan dan militansi
secara menyeluruh.
c. Kelembagaan
Sebagai
lembaga yang turut serta memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, tentunya PII
mengharuskan adanya keterorganisasian atau keteraturan pada setiap aktivitas
kelembagaan, hal ini akan menjamin keberlansungan pencapaian tujuan PII itu
sendiri. Sebab “kebenaran yang tidak
terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir” sebagaimana
yang dikatakan oleh Imam Ali R.a.
Tentunya, hal tersebut, dimulai dari kemampuan lembaga tersebut secara internal. Manajemen
tentunya memegang peranan penting sebagai software (perangkat lunak) yang
memprogram segala aktivitas kelembagaan. Bila manajemen dalam suatu kelembagan
kurang baik, maka dapat dipastikan akan
terjadi benturan-benturan internal yang akibatnya tumpang tindih berbagai
kepentingan dalam organisasi tersebut tidak dapat diakomodir dengn baik yang
pada akhirnya melemahkan kekuatan organisasi itu sendiri.
Dari
segi teritorialnya, memang kawasan garap PII Sulteng yang luas mengakibatkan
hubungan koordinasi yang kurang baik. Sehingganya control dan pembinaan secara
vertical maupun horizontal tidak terjalankan sebagaimana mestinya, dan tak
jarang koordinasi yang terbangun melalui komunikasi jarak jauh. Sehingga
informasi yang didapatkan kurang akurat
sehingga berimbas pada penanganannya.
Pengembangan
jaringan dan mitra kerja perlu dibangun secara massif dengan memperhatikan asas
indepensi dan interpendensi sehingganya dapat mengukuhkan peran PII sebagai
gerakan pelajar dapat memperjuangkan hak-hak kepelajaran.
d. Administrasi dan Keuangan
Sudah
menjadi keharusan dalam setiap berorganisasi, yakni pengelolaan system
administrasi secara professional. Tapi di PII hal itu seakan menjadi hal yang
sulit diwujudkan, kita bisa melihat penggelolaan system administrasi yang ada,
jauh dari system penggelolaan yang ada (Pendoman Penyelenggaraan
Administrasi/PPA) baik itu dieselon Pengurus Besar maupun eselon dibawahnya
(Pengurus Wilayah, Daerah dan Pengurus Komisariat), padahal secara teori,
penggelolaan Administrasi di PII telah ada mekanisme dan aturan sebagaimana
yang ada dalam Pedoman Penyelenggaraan Administrasi (PPA) yan disusun sejak
tahun 1990-an dengan menyesuaikan perkembangaan zaman yang ada tapi dalam
prakteknya jauh dari idealnya.
Penggelolaan
keuangan hanya monoton berharap pada Keluarga Besar PII dan donator lainnya,
tanpa kemudian mampu menciptakan sumber-sumber pendanaan secara mandiri dan
professional. dari Keluarga Besar PII pun, tidak mampu dikelola secara baik,
sehingga berbagai kebutuhan organisasi berjalan apa adanya. Padahal potensi
yang ada sudah cukup mendukung untuk dikelola secara baik misalnya Kuantitas Keluarga Besar PII dan peluang-peluang lain
yang bisa dimamfaatkan.
e. Budaya Organisasi
Tradisi
merupakan sebuah kebiasaan yang terus dilestarikan secara terus menerus dan
berkesinambungan oleh suatu kelompok
masyarakat tertentu, baik hal itu baik maupun buruk. PII sebagai
organisasi yang melakukan proses penyempurnaan, maka budaya organisasi yang
sehat perlu juga untuk dibangun, seperti disiplin waktu, budaya santai, pola
hubungan antar sesama personalia pengurus (Human
Relations) yang kurang kuat dan lain sebagainya, yang sama sekali tidak
mendukung eksistensi organisaisi, walhasil hal ini berimplikasi pada
penyelesaian kerja-kerja organisasi yang tidak berdasar pada semangat kerjasama
yang pada akhirnya menhambat pelaksanaan program kerja organisasi.
2. Eksternal
a. Kondisi Sosial Budaya
Era
reformasi telah bergulir selama 13 tahun, tatanan sosial budaya masyarakat
telah berubah seiring dengan perubahan zaman, telah terjadi perubahan dalam
berbagai asfek kehidupan seperti Pemilihan Kepala Daerah secara langsung,
bergesernya, terjadi transformasi kehidupan dari masyarakat produktif menuju
menuju masyarakat konsumtif, dari masyarakat tradisional menuju masyarakat
modern, kebebasan media, dan lain sebagainya, disatu sisi memberikan dampak
yang positive namun disisi lain dampak negative pun tak bisa terelakkan.
Masyarakat
Sulawesi Tengah merupakan masyarakat yang heterogen, terdiri dari berbagai macam suku, agama, dan ras, disatu
sisi memiliki mamfaat namun disisi lain hal ini juga menjadi salah satu motif
yang memicu terjadi konflik, baik secara horishontal dan vertikal, seperti
konflik Poso beberapa tahun silam, konflik pemindahan ibukota Kabupaten di
kabupaten Banggai Kepulauan, tawuran antara pemuda di Kabupaten Sigi, konflik
tambang poboya dan yang mengejutkan adalah penembakan dua aparat kepolisian
yang sedang berjaga di Bank Central Asia (BCA) Palu yang ditenggarai merupakan
gerakan kelompok Islam. adalah beberapa rentetan persoalan yang sewaktu-waktu
akan muncul kepermukaan, sehingga hal ini akan mempengaruhi stabilitas keamanan
dan ketertiban di Sulawesi Tengah.
Sementara
disisi lain, Kondisi Pemahaman keislaman
yang kurang, sehingga berdampak pada Aqidah Umat, dengan ditandai dengan
banyaknya kasus-kasus penyimpangan Aqidah, Khufarat, dan Takhayul meski manusia
sudah masuk kedalam era modernisasi. Peran media dalam yang mengkampanyekan
isu-isu Hedonis, Kekerasan dan seks bebas turut serta berperan aktif dalam
penghancuran karakter masyarakat dan semakin jauh dari posisi dan eksistensi
masyarakat Sulawesi Tengah yang sesungguhnya.
b. Politik
Provinsi Sulawesi Tengah telah sukses melaksanakan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2011-2016 yang dihelat pada
6 April 2011, yang mengejutkan tak ada
satupun partai-partai Islam yang berani mendorong Kadernya untuk merebut kursi
bergengsi di Sulawesi Tengah tersebut.
Pada Pemilu Legislatif 2009 kemarin, partai-partai Islam
tak bisa meraih simpati masyarakat Sulawesi Tengah yang mayoritas berpenduduk
muslim sekirar 72 % itu. Hal ini dibuktikan dengan perolehan kursi di DPRD
Provinsi Sulawesi Tengah, beberapa partai Islam seperti PKS, PBR, PPP, dan PKB
tak mampu merebut kursi yang signifikan di banding partai Golkar yang
memperoleh 9 Kursi dari 49 kursi dan Demokrat 7 kursi dari 49 kursi kemudian
PDIP 5 kursi dari 49 kursi di DPRD
Sulawesi Tengah. Maka secara otomatis kepentingan-kepentingan Umat Islam akan
Sulit terakomodasi bahkan Posisi umat Islam seakan tak menentu dalam kehidupan
berpolitik di Sulawesi Tengah.
Disisi lain proses demokratisasi, seperti pemilihan kepala
Daerah di beberapa Kabupaten berakhir ricuh, seperti kasus Pemilukada di
Kabupaten Tolitoli pada 2010 kemarin, dan Kabupaten Banggai, justru membuat
kondisi perpolitikan didaerah ini semakin tidak menunjukan arah yang tidak
pasti.
c. Kondisi Pelajar dan Dunia Pendidikan
Masyarakat Pelajar sebagai salah
satu komunitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan, ini tercermin
dari sebuah realitas pelajaran yang selalu ingin melakukan perubahan terhadap
tatanan yang ada, ia ingin keluar dari kebiasaan yang ada sehingga ia mencoba
untuk membanding-bandingkan antara yang ada pada dia (nilai-nilai yang sudah
ditanamkan orang tuanya) dengan hal yang terjadi di dalam realitas di
sekitarnya, sehingga terjadi kompromi-kompromi /penyesuaian terhadap realitas
di luar dirinya, dinamika yang terjadi saat ini di dunia pelajar merupakan
sebuah realitas, berawal dari kondisi di luar pribadi pelajar, ada satu kondisi kejiwaan di masa pelajar, dimana ia ingin selalu diakui eksistensinya
& tidak ketinggalan zaman (Tawuran, Narkoba dll). Hal inilah yang membuat
ia selalu mudah untuk meniru (Copying Behavior). Sebenarnya yang terjadi
pada saat itu merupakan sebuah proses pencarian identitas diri, sehingga ia
melakukan coba-coba terhadap hal-hal yang baru, namun yang jadi salah adalah
ini di maknai sebagai kenakalan yang mengancam, padahal ini jika kita lakukan
pengerahan dengan cara-cara yang lebih baik maka ia akan mengeluarkan potensi
positivnya.
Dari segi Sistem pendidikan, kompleksibilitas
permasalahan yang ada kian menjadi permasalahan yang sistemik, dimana sistem
yang satu pasti aistem yang lain. Pendidikan kiranya tak luput dari hal
tersebut. Berubahnya Menteri Pendidikan, maka berubah pula kebijakan dibiang
pendidikan dan hal tersebut mengikat pada turunan jajaran dibawahnya sampai
pada tingkat sekolah. Prioritas perhatian pemerintah Sulawesi Tengah terkesan
setengah-setengah pada peningkatan Kualitas pendidikan, selaku penanggungjawab
persoalan pendidikan di Daerah ini, hal yang sama juga terjadi pada masyarakat
yang masih saja menganggap pendidikan tidak begitu penting. Sehingga pendidikan
terkesan hanya menjadi tanggungjawab segelintir orang, yang mengakibatkan
control terhadap pelaksana maupun kulaitas pendidikan itu semakin rendah, belum
lagi kasus-kasus penyimpangan dalam pengunaan anggaran pendidikan yakni dana
Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) baik ditingkat pusat sampai pada pelaksanaan
teknisnya, sertifikasi guru yang tidak jelas hasil keluarannya (output). Akuntabilitas harus bisa
dipertanggungjawabkan. Pendidikan menyangkut seluruh proses dalam pembelajaran,
student Unit cost. Semua element harus dapat sit down holistik. Sedangkan dana
208,373 triliun (APBN 2009) sudah banyak tapi program pendidikan masih belum
berjalan lancar, untuk RAPBN 2010, pemerintah merencanakan besaran anggaran
Pendidikan Departemen-Depertemen diluar DEPDIKNAS.
PRIORITAS SASARAN
Konferensi
Wilayah PII Sulawesi Tengah ke-20 di Banggai Kepulauan, telah menghasilkan
putusan-putusan salahsatunya adalah Garis-Garis Besar Program Kerja (GBPK) yang
digariskan oleh para peserta Konferensi, yang harus dilaksanakan tentunya
berangkat dari realitas kekinian terhadap PII dan masyarakat Sulawesi Tengah
dewasa ini, yang konsentrasi pada masalah Penataan Internal, Ekspansi
jaringan dan kajian isu Strategis.
Garis-Garis
Besar Program Kerja (GBPK), merupakan rumusan kebijakan Strategis dan program,
Rencana Strategis dan Program kerja Organisasi yang tersusun secara sistematis, terarah, bertahap, dan
terpadu dalam menjabarkan dan mengimplementasikan berbagai asfek kebijakan yang akan menjadi dasar perumusan kinerja PW
PII Sulawesi Tengah periode 2011-2013, yang meliputi asfek:
a.
Penguatan Kaderisasi dan SDM
b.
Penguatan Basis dan Kelembagaan
diseluruh eselon Kepengurusan
c.
Sinergisitas gerakan badan induk dan Badan Otonom
d.
Penguatan Jaringan dan Mitra kerja Oragnisasi
DESKRIPSI VISI MISI
Kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan
Islam sebagaimana yang menjadi tujuan PII disandarkan pada konsepsi pendidikan
& kebudayaan Islam, pendidikan merupakan sebuah upaya menularkan sebuah
kesadaran, untuk mempersiapkan manusia melalui sebuah proses yang sistematis,
dengan membangkitan kesadaran manusia sebagai ’Hamba Allah & Khalifah Fil Ardi’ untuk itu orientasi pendidikan
yang ada haruslah mengarah kepada mempersiapkan generasi yang memiliki
kemampuan dasar atas antara lain daya adaptasi terhadap nilai-nilai baru,
kreativitas untuk melakukan upaya inovasi dan daya saing untuk tetap eksis
ditengah arus global, dalam skala yang lebih luas lagi pendidikan yang dimaksud
PII adalah upaya mempersiapkan agen-agen Transformasi, dan Sosialisasi
nilai-nilai yang sudah ada didalam proses pendidikan yang dibangun Pelajar
Islam Indonesia (PII).
Sebagai suatu upaya untuk mempertegas
identitasnya tersebut kita dapat serap 3 (tiga) spirit (serapan dari GBPK yang
ada) sebagai paradigama gerakan PII Sulawesi Tengah pada periode ini,
antara lain PII sebagai Organisasi Kader, PII sebagai mata rantai
perjuangan umat Islam, & PII sebagai komponen civil socity, PII sebagai Organisasi kader memiliki
tanggung jawab untuk melahirkan kader-kader yang berkualitas yang memiliki
kemampuan serta daya saing yang cukup dalam menghadapi kompetisi di zaman yang
akan datang bekal yang cukup, terutama profesionalisme sangat dibutuhkan
kader-kader PII kedepannya, PII sebagai tempat berlatih, serta upaya menempa
kepribadiann anggotanya atau pelajar yang berkarakter sesuai dengan Islam,
wadah belajar, berlatih & juga sebagai alat perjuangan. Sebagai salah mata
rantai perjuangan ummat Islam PII mengambil lahan garapnya pada Pendidikan
& kebudayaan, untuk terus diperjuangkan sampai ia terwujud dalam masyarakat
pelajar yang ceradas, dinamis dan dengan landasan Ketaqwaan kepada Allah.
Sebagai komponen dari Civil Socity, PII
mengamban amanah sebagai subjek sejarah, dengan misi sucinya melakukan
transformasi masyarakat menuju masyarakat Madani,
dengan spirit kepeloporan yang sudah tertanam dalam jiwa kader-kader PII,
sebagai wujud sifat kepemimpinan yang ditanamkan dalam pembinaan didalam
training PII.
Dari Gambaran realitas diatas, maka pada
periode ini PW PII Sulawesi Tengah mencanangkan Visi : Sinergitas Gerakan menuju PII
Dinamis dan Mandiri. Sinergitas merupakan upaya penyamaan, penyatuhan,
dan penyeragaman Gerakan secara serentak dan berkesinambungan antara semua
eselon Pengurus, baik Badan Induk dan Badan Otonom, serta seluruh Institusi
Pengurus Daerah dan Pengurus Komisariat, hal ini dilakukan untuk menciptakan
satu spirit baru dalam mengerakan Organisasi.
Tafsiran Dinamis adalah sebuah kondisi dimana barang atau suatu lembaga itu
bergerak terus berjalan seingga ia menjadi sangat maju melebihi zamannya.
Pelajar Islam Indonesia memiliki perspektif bahwa dinamisasi itu adalah
terwujudnya kesempurnaan secara infra & supra strukturnya yang ada di PII,
kenapa mengunakan kata PII dinamis, Kami
memandang bahwa PII sabagai organisasi kader, haruslah memberikan sebuah
kontribusi terhadap penyelesaian masalah yang ada sehingga eksistensi dia diakui
oleh zaman & lingkungannya, tanpa ia
harus mendefiniskan lagi dirinya. Yang lebih saya titik tekankan lagi untuk PII
adalah proses kaderisasi yang berjalan dengan ritme yang telah ditentukan,
layaknya seperti sebuah mesih PII adalah mesin pencetak kader yang berkualitas
sehingga ia mempu neguhkan posisi organisasinya. Kader sebagai sebuah out
put yang diberikan PII kepada masyarakat, merupakan sebuah kontribusi PII
terhadap problem yang tejadi sehingga kebermanfaatnya dirasakan oleh semua
pihak, tentunya dengan kader-kader yang memiliki empati yang lebih dari orang
bisa, sehingga keberadaanya menjadi sebuah problem solver dari masalah
yang ada. Sedangkan
Mandiri adalah sebuah proses Kedewasaan dalam mengelola Organisasi
dari segala Asfek Institusi Organisasi, seperti Kelembagaan, Adminstrasi dan
Keuangan, yang proses pengelolaannya secara profesional dan sesuai dengan
mekanisme dan aturan berorganisasi, yang pada akhirnya akan berimplikasi pada
eksistensi Organisasi secara bersimbungan yang dilandasi dengan Budaya dan
Militansi Organisasi.
RENCANA KERJA
Dalam mengimplementasikan strategi
program, baik jangka panjang maupun jangka pendek, butuh modalitas utama yang
akan menyokong terealiasainya strategi program tersebut. Berikut ini beberapa
modalitas utama yang diharapkan ada pada segenap unsur kepengurusan, baik dalam
struktur, kultur dan kepemimpinannya.
-
Adanya
kesadaran profetik pada diri kader yang memungkinkan energi kesalehan
mengiringi sikap dan tindakannya.
-
Adanya
kepedulian yang tinggi (sense of responsibility) pada segenap kader
terhadap kondisi keummatan, terutama yang terkait dengan bidang garapnya, yakni
dakwah, pendidikan dan kebudayaan.
-
Adanya
keterdekatan yang intens pada diri kader
(pengurus) terhadap realitas kepelajaran. Keterdekatan itu bisa muncul jika
rentang usia kader (pengurus) tidak terlalu jauh dari rentang usia pelajar
sebagai subjek garapnya. Dalam hal ini peremajaan usia aktif menemukan signifikansinya.
-
Struktur
kepengurusan menjadi ruang sosial yang memungkinkan kader untuk belajar
berbasis problem dan belajar berbasis aktivitas kreatif. Prasyaratnya adalah
bahwa dalam struktur, kader tidak banyak terbebani oleh aktivitas yang bersifat
rutinitas struktur.
-
Adanya
regenerasi yang efektif berbasiskan sistem kaderisasi yang berkesinambungan dan
terstruktur.
-
Adanya
sistem pendidikan Kader melalui Sistem Ta’dib yang terbuka dan berperan dalam
kemanfaatan umat dengan mengacu proses transisi
-
Adanya
keterbukaan lembaga dalam berinteraksi dengan beragam elemen (lembaga/pihak
lain) seperti Pemerintah dan Ormas/OKP lain yang bisa menyokong peran (missi
dan eksistensinya) di masyarakat, dengan mengacu pada asas independensi dan
interdependensi.
-
Adanya
Dukungan dari Keluarga Besar PII yang senantiasa memberikan sumbangsih tenaga,
Pikiran dan materi.
-
Adanya
Petunjuk pengelolaan Administrasi yang Komplit dan sesuai dengan
Prinsip-prinsip manajemen.
-
Terbentuknya
Badan Otonom (Brigade dan PIIWati) serta adanya Badan Khusus Organisasi yakni
Lembaga Ekonomi Organisasi dan Dewan Ta’dib Wilayah)
Dari
modalitas itu kita bisa menyusun langkah-alangkah yang lebih kongkrit lagi
untuk mewujudkan sebuah idelitas yang dicita-citakan yaitu terciptanya sebuah ”Sinergitas
Gerakan menuju PII Dinamis dan Mandiri”. Dengan melakukan Konsolidasi Internal, Ekspansi Jaringan
dan kajian isu strategis keseluruh element masyarakat yang berbasiskan
kaderisasi dan pengelolaan Lembaga secara mandiri dan profesional. Untuk
mewujudkan visi tersebut maka rencana strategis dengan dua Asfek yaitu asfek Internal dan Eksternal
Asfek Internal
dilakukan melalui Proses Konsolidasi, Kaderisasi & Pengembangan
Instiusi. Pada tahapan ini PW PII Sulawesi
Tengah periode 2011-2013, berusaha Mencanangkan Gerakan 11 Pengurus Daerah
dan 110 Pengurus Komisariat (11PD110PK) yang diawali dengan dengan melakukan proses Konsolidasi
internal keorganisasian baik seluruh komponen struktur organisasi serta proses penataan kembali supra
struktural, & juga sosialisasi
kebijakan dan melakukan pembinaan secara kultural dengan tetap memantapkan
eksistensi PII serta menjaga stabilitas internal organisasi, dengan tak lupa
ekspansi jaringan seluas-luasnya. Kaderisasi proses pembinaan secara baik, yang dilakukan PW PII Sulawesi Tengah dengan memperhatikan aspek realitas & mendekatkan diri kepada
problem, masyarakat secara umum dan khususnya Pelajar. Yang dibidik adalah
Kader tahap awal (Basic
Training dan tengah (Intermediate Training). kenapa harus Kader awal dan tengah, kader awal (Basic) sebagai dari upaya pembasisan kader
yang kedepan bisa mengawal Visi dan Misi organisasi sedangkan kader Tengah
(Intermediate Training) karena untuk bisa melakukan pengawalan terhadap
proses pembasisan dilevel gers root
(akar rumput) melalui menguatan secara terstruktur di Institusi PD dan PK
dan yang tugas PW PII adalah mencetak sebanyak mungkin kader-kader Advanced
Training dan Instruktur untuk melakukan pengawalan terhadap kader-kader PII
ditahap tengah dan Bawah ini. Pengembangan Institusi,
berupa pembentukan Pengurus Daerah dibeberapa Kabupaten seperti kabupaten
Poso, Sigi, Donggala, Parigi Moutong, Tojo Unauna dan Morowali. Kemudian
pengaktifan Kembali Pengurus Daerah yang non aktif seperti PD PII kab. Tolitoli
dan Buol. Dan Pengawalan PD yang telah terbentuk seperti PD PII Kab. Banggai,
Banggai Kepulauan, Banggai Kepulauan I, PD PII Kota Palu.
Dengan
indikator sebagai berikut :
o
Tersosialiasinya Visi & Misi PW PII Sulawesi
Tengah Periode 2011-2013 ke PD dan PK
o
Terbentuknya Pemahaman yang sama atas
kebijakan yang dikeluarkan PW PII Sulawesi Tengah periode 2011-2013
o
Terumuskannya problematika
sekitar(keumatan, keperlajaran & Ke-Indonesiaan)
o
Terjadinya sinergitas yang menguntungkan
antara semua level institusi, PW, PD dan PK baik Badan Induk dan Badan Otonom
o
Diperolehnya data base kader &
Organisasi
o
Mengakarnya pengkaderan dilevel bawah
dan menengah
o
Terbentuknya PD PII di seluruh
Kota/Kabupaten di Sulawesi Tengah
o
Terbentuknya PK seluruh sekolah dan
basis-basis masyarakat lainnya.
Asfek Eksternal, dilakukan melalui proses Penguatan Jaringan dan Pematangan Isu
Strategis. dengan menjalin hubungan keseluruh element masyarakat, seperti
Pemerintah, Partai Politik, LSM, Lembaga Pendidikan, Ormas/OKP serta Pers,
dengan mengacu pada asas Independent dan Interdepedensi,
hal ini berangkat dari probematika keumatan, seperti seks bebas, Narkoba
dikalangan pelajar, tawuran antar pemuda, Korupsi, dan problem lainnya perlu
kesadaran penuh untuk menyelesaikan problematika tersebut. Disamping itu juga
melakukan upaya-upaya yang kaitannya menyelesaikan problem-problem keumatan
seperti Pembentukan komunitas-komunitas Pelajar seperti JAPAN (Jaringan Pelajar
Anti Narkoba), penerbitan media organisasi, seminar, simposium dan Advokasi-Advokasi
keumatan lainnya. Dengan Indikator sebagai berikut:
o Tersosialisasinya Misi dan Eksistensi
PII di Element masyarakat
o Terjadi sinergitas Visi Organisasi
dengan program pemerintah Daerah.
o Terciptanya Kultur masyarakat yang
Islami.
o Terbangunnya Hubungan yang harmonis
antara PII dan Masyarakat Pelajar yang merupakan lahan garap organisasi
o Terbangunnya Peran PII di tengah-tengah
masyarakat.
POKOK-POKOK
KEBIJAKAN UMUM
Berdasarkan Pokok Pikiran diatas, Pola Kebijakan Umum PW
PII Sulawesi Tengah periode 2011-2013 disusun sebagai berikut:
Memantapkan dan memperkuat struktur
kelembagaan PII yang solid dengan optimalisai potensi keorganisasian dengan
kedisiplinan konstitusi dangan prinsip organisasi profesionalisme, efisien dan
sensitif terhadap kebutuhan masyarakat denggan menitik beratkan pada tim work
Memperkuat
basis spritual & intektual kader dengan mengupayakan pembinaan yang
berkelanjutan dengan memperhatikan aspek-aspek realitas dimasyarakat, untuk
memperkuat basis-basis PII.
Memberikan solusi terbaik terhadap
problem Kepelajaran dengan melakukan kajian isu yang berkembang
Menggalang kerjasama dengan lembaga
Pemerintah maupnu Non Pemerintah, dalam
upaya pencapaian misi PII
Optimalisasi penataan administrasi dan
perangkat-perangkat organisasi secara teratur, efektif dan mampu bergerak cepat
seiring zaman.
Mengembangkan pola kelembagaan yang
ramah terhadap kebutuhan pelajar & mampu memahami kebutuhan zaman
Pengkajian kembali isu-isu strategis
yang menguntungkan secara kelembagaan & menguatkan kembali identitas
lembaga PII sebagai bagian dari mata rantai perjuangan umat Islam Indonesia.
Penguatan
& penguasaan kembali basis PII di, sekolah Umum, Pesantren & Remaja
Masjid dengan mengembangkan pola kemitraan yang produktif
POKOK-POKOK
KEBIJAKAN BIDANG
1.
Bidang Kaderisasi
v
Berjalannya Sistem kaderisasi secara utuh dan Kontektual
serta terpola secara baik.
v
Intensifikasi kegiatan training maupun kegiatan follow up
pasca training secara komprehensif.
v
Optimalisasi jenjang kepengurusan dengan berbasis jenjang Kaderisasi.
v
Meninggkatkan kapasitas keilmuan dan ke-Islam-an kader
sebagai pembentukan Karakter diri kader.
v
Meninggkatkan basis kader secara rutinitas sebagai pembentuk
pola Kaderisasi.
v
Penguatan sumber daya muadib pada masing-masing jenjang
Training dari segi kualitas dan Kuantitas sebagai penyelenggaraan ta’dib.
v
Pengorganisasian sumber daya muadib pada setiap jenjangnya
dalam suatu korps baik instruktur maupun pemandu.
2.
Bidang Pembinaan dan Pengembangaan
Organisasi (PPO)
v
Ekspansi Wilayah garapan pada daerah-daerah yang belum
tersentuh oleh aktivitas PII.
v
Pembinaan oraganisasi di eselon ditingkat bawah (PD dan PK)
secara intens dan terpola.
v
Mengusahakan pengelolaan manajemen kelembagaan yang akurat
dan profesional.
v
Pendataan dan Pemetaan potensi Pengurus Daerah, sebagai
melakukan pembinaan berbasis organisasi.
v
Membina dan Mengembangkan potensi keilmuan pengurus.
3.
Bidang Komunikasi Umat
v
Membangun mitra strategis dengan berdasar pada isu dan pola
gerakan.
v
Membangun basis masa yang dapat menyentuh masyarakat secara
langsung dengan mendelegasikan kadernya pada organisasi kemasyarakan..
v
Membangun pusat informasi dan komunikasi PII Sulawesi Tengah
dan dapat mengakomodasikan kepentingan PII secara teritorial.
v
Menciptakan media aktivitas pelajar untuk menyalurkan minat,
bakat dan kebutuhan pelajar.
4.
Bidang Kesekretariatan
v
Mengusahakan kelengkapan organisasi secara fisik maupun
administratif.
v
Pembuatan dan pengelolaan Data internal maupun eksternal
secara akurat dan profesional.
v
Penyelenggaraan Administrasi secara tertib, teratur &
konsisten agar terlaksananya administrasi yang memudahkan kerja-kerja
organisasi secara kewilayahan guna mendukung kelancaran gerak Organisasi
5.
Bidang Keuangan
v
Optimalisasi Pendayagunaan sumber-sumber pendanaan dengan
memamfaatkan jaringan Struktural (pemerintah) dan emosional (KB PII).
v
Mengusahakan lembaga Pendanaan yang mandiri dan terkelola
secara baik dan profesional.
6.
Badan Otonom Korps PIIWati
v
Pembinaan dan pengembangan korps PIIWati.
v
Konsentrasi pada pembinaan kader-kader tunas untuk memperkuat
basis gerakan.
v
Optimalisasi peran dan kinerja pelajar putri, berdasarkan
isu, serta membagun sinergisitas kelembagaan.
7.
Badan Otonom Koprs Brigade
v
Optimalisasi peran dan fungsi-fungsi intelejen dan
intelektual kader-kader brigade dalam membagun sinergisitas organisasi.
v
Pembinaan dan pengembangan korps Brigade PII.
v
Membina & meningkatkan kwalitas personal( inetelektual
& spritual) & kelembagaan BO Brigade untuk memperteguh eksistensi
lembaga
v
Mengembangkan jaringan Informasi, kerjasama dalam aksi guna
memperkuat ketahanan & kemanan Visi & Misi Organisasi
8.
Badan Khusus Dewan Ta’dib Wilayah.
v Meningkatkan kualitas mu’adib sebagai motor dari pelaksanaan
pembinaan yang sesuai dengan konsepsi ta’dib
v Melakukan monitoring & evaluasi terhadap implementasi
ta’dib diwilayah Sulawesi Tengah, dengan mempertimbangan kultur kedaerahan.
9.
Badan Khusus Lembaga Ekonomi
v
Menciptakan dan mengembangkan potensi ekonomi yang mampu
menopang pendanaan organisasi
v
Menjalin kerjasama dengan lembaga ekonomi lainnya yang bisa
mendukung pendanaan organisasi.
PENUTUP
Pembuatan Pola Kebijakan Umum PW PII
Sulawesi Tengah periode 2011-2013 ini merupakan sebuah ikhtiar terhadap
realitas yang ada serta idelaitas yang akan dibangun, dan upaya untuk
memfokuskan gerakan dan mensistematiskanya,
hal ini merupakan wujud dari perintah Allah dalam al-Qur’an agar kita berjuang
dengan barisan (shaf) yang rapi, dan juga seruan sahabat Nabi Ali Bin
Abithalib, bahwa kebenaran yang tidak terorganisir akan terkalahkan dengan
kebathilan yang terorgansisi. Besar harapan kita untuk dapat menjalankan
kebijakan ini dengan baik & konsisten, agar nantinya apa-apa yang menjadi
cita-cita yang ada dalam GBPK terwujud dengan fase-fasenya yang
mendukung.
Demikianlah
Pola Kebijakan Umum PW PII Sulawesi Tengah periode 2011-2013 ini dibuat,
mudah-mudahan ini semua bermanfaat untuk kita bisa menyampaikan PII pada fase
selanjutnya. Karena periode ini merupakan sebuah rangkaian yang tidak dapat
terpisahkan dari periode sebelumnya & yang akan datang. Kepada Allah SWT
kami Menggantungkan harapan serta kepada Muhammad SAW kami mengikut. Semoga
Allah memberikan bekahnya kepada gerakan
PII, sehingga orang-orang yang ada di dalamnya menjadi kelompok terbaik/khairu
ummat.
PENGURUS WILAYAH
PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)
SULAWESI TENGAH
PERIODE 2011-2013
ttd
MOH. IQRA
Ketua Umum