Senin, 07 Mei 2012

Pidato HARBA PII Ke-65 Ketua Umum PB PII, M. Ridha


PIDATO HARBA KE-65 PELAJAR ISLAMINDONESIA
SENANTIASA SETIA MELAHIRKAN KADER PEMERSATU UNTUK MENGHIMPUN KEUNGGULAN BANGSA
Bismillahirrahmaanirrahiim...
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu
Ba’da muqaddimah....
65 tahun yang lalu, tepatnya 4 mei 1947, kebangkitan pelajar Islam telah memberikan warna dalam sejarah perjalanan bangsa. Kesadaran akan kebutuhan partisipasi menyeluruh, dari semua elemen bangsa untuk mengawal Indonesia yang masih muda pada saat itu, telah mendorong berbagai organisasi pelajar Islam se Indonesia berfusi, menyatukan diri dalam sebuah wadah perjuangan, Pelajar Islam Indonesia. Semangat mempertahankan kemerdekaan, mengukuhkan tekad sebagai manusia Indonesia yang siap menyongsong dunia luas, sebagai sebuah bangsa merdeka, berdiri sejajar dengan bangsa lain di dunia,menjadi motivasi yang kuat untuk berkorban secara lahir dan bathin. Banyak sudah para syuhada yang dihantarkan oleh PII dalam mengawal Indonesia merdeka.
Saudara-saudara PII se tanah air...
Adalah tidak mudah untuk menemukan kata merdeka, apatah lagi untuk meraihnya. Ratusan tahun berada dalam penjajahan bangsa lain. Terjajah sampai pada hal yang paling subtil, sehingga menemukan arti merdeka, bertauhid, hanyalah atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa. Maka kehadiran PII sebagai sebuah gerakan pelajar adalah bentuk rasa bersyukur yang sangat cerdas dan sangat tepat. Rasa bersyukur yang bersifat aktif. Rasa syukur yang menggerakkan. Rasa syukur yang diformulasikan dalam niat menisbahkan diri mengawal bangsa Indonesia merdeka. Dengan mencetak kader-kader pelajar Islam yang cerdas bersikap, cakap bertindak, dan berkepribadian muslim, yang akan mengisi perjalanan panjang bangsa dan negara Indonesia selanjutnya.
Kader- kader PII sekalian..
Warisan formulasi perjuangan, semangat untuk selalu memberikan yang terbaik untuk bangsa telah banyak dicontohkan oleh para pendahulu PII. Mereka telah menjalankan kewajibannya. Itulah amal jariyah mereka yang akan dipertanggungjawabkan dalam mahkamah sejarah. Generasi sekarang, kita, adalah salah satu mata rantai sejarah, yang tak kurang tanggung jawabnya seperti mereka. Tantangan bangsa dan negara kita kedepan menuntut kita untuk terus mengembangkan diri, mengembangkan organisasi. Sebagai sebuah gerakan, idealisme harus mampu melampaui kenyataan. Sebagai sebuah gerakan, penglihatan kita harus lebih tajam, pendengaran kita harus lebih jernih. Harapan Indonesia masa depan berada dipundak kita!
Dengan kesadaran akan beragamnya bentuk keberIslaman di Indonesia, sekaligus meyakini akan pentingnya persatuan umat, untuk mendayagunakan segala potensi yang dimilikinya dalam mencapai izzul Islam wal muslimin, PII senantiasa menempatkan diri sebagai kader pemersatu. Dengan mengambil konsensus minimal, persamaan keyakinan kepada Allah sebagai Khalik, dan Nabi Muhammad  SAW sebagai Nabi dan Rasulnya, PII menegaskan diri sebagai wadah berhimpunnnya para pelajar yang beorientasi pada hal-hal yang produktif dan bersikap bijak terhadap segala keberagaman yang tidak prinsipil atau furu’.
Situasi dan kondisi kebangsaan kita akhir-akhir ini, dan kedepannya, membutuhkan karakter manusia seperti yang dibentuk dalam organisasi PII. Transisi budaya dunia, yang mengarah kepada heterogenitas , mempengaruhi cara pandang dan cara bersikap manusia. Desakralisasi di berbagai level otoritas, terutama dalam institusi politik dan keagamaan, menandakan menguatnya otonomi individu.  Relasi-relasi sosial antara anak dan bapak, guru dan murid, kiyai dan santri, ulama dan umat, mengalami pergeseran nilai dan makna.Konflik-konflik sosial, antara satu kelompok dengan yang lain, antara satu pengikut dengan pengikut yang lain, seringkali mengitari kita. Saling menebar kebencian menjadi konsumsi kita sehari-hari.
Perilaku yang umum demikian, kita sadari telah melemahkan daya bangsa ini. Di tengah kompetisi antara kelompok bangsa di dunia untuk menjadi yang paling unggul di atas muka bumi ini, kita sebagai bangsa yang berpotensi besar, terlalu banyak menghabiskan energi untuk menyelesaikan masalah internal.
Sahabat sekalian..
Dengan mengambil ranah pendidikan dan kebudayaan sebagai lahan garap, PII secara tegas menempuh jalan radikal. Pendidikan adalah dasar dari segala upaya dalam membangun peradaban. Misi pendidikan adalah misi profetik atau misi kenabian. Misi yang berawal dan berakhir untuk membentuk insan kamil. Insan kamil yang menjadi konsepsi ideal manusia yang akan melahirkan kebudayaan unggul demi mencapai keselarasan relasi manusia, alam dan Allah swt.
Bangsa yang maju haruslah memiliki budaya produktif. Persaingan nilai-nilai kehidupan akan senantiasa berlaku diatas muka bumi. Hanya bangsa yang berkarakter kuat, budaya yangproduktif, yang mampu menawarkan tatanan untuk mengatasi persoalan-persoalan kehidupan, yang akan memenangkan pertarungan
PII sebagai tempat berlatih tidak akan luput dari persaingan. Adaptasi dan inovasi harus  terus menerus dilakukan untuk memperkaya strategi penularan budaya yang kita idealkan.Organisasi adalah tempat kita mengelola ikhtiar dalam mencapai tujuan mulia, kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan. Kita tidak boleh berpuas diri dengan yang ada. Lingkungan yang terus berubah menuntut kita untuk selalu berbenah diri.
Masyarakat, sebagai asal dan tujuan kita, adalah wahana belajar yang luas. Persentuhan yang intensif akan memperkaya pengalaman dan mengasah kepemimpinan. Diberbagai level organisasi kita, mulai dari Pengurus Komisariat sampai ke Pengurus Besar, harus memperbanyak persentuhan dengan masyarakat. Melalui kegiatan perkampungan kerja pelajar, bakti sosial, dan berbagai kegiatan lainnya, PII akan senantiasa belajar bersama dengan masyarakat. Dengan jalan inilah karakter cendikia dan pemimpin akan terbentuk.
Indonesia yang begitu besar ini tak mungkin kita biarkan dikelola sendiri oleh pemerintah. Persoala pendidikan di Indonesia tidak bisa hanya dipandang sebagai persoalan departemental semata. Pendidikan adalah persoalan yang ada di setiap lini kehidupan berbangsa. Sebagaimana kesadaran yang terbangun di dalam diri kader pii, pendidikan adalah persoalan dari sebelum lahir sampai ke liang lahat. Untuk itu gerak yang sinergis dengan pemerintah adalah  hal yang perlu, tanpa lupa untuk saling mengingatkan.

Sahabat-sahabatku kader PII seperjuangan...
Dengan memperingati harba ke 65 ini,sekali lagi,PII harus hadir sebagai pencerah kehidupan bangsa. Kader PII adalah kader yang dididik mengedepankan kepentingan yang lebih besar daripada mempersoalkan perbedaan yang niscaya adanya. Untuk itu, kader PII, kita, harus bergerak terdepan dalam menghadapi situasi ini.

Kader PII dimanapun harus mampu memberikan dorongan positif, semangat produktif, dan berkompetisi berdasarkan prinsip fastabiqul khairat. Sikap ini harus dimiliki dan digaungkan oleh kader kepada semua elemen bangsa.Kecintaan dan rasa tanggung jawab terhadap bangsa dan negara ini akan mampu membuka penglihatan dan pendengaran kita untuk membuka jalan-jalan kemajuan dimasa yang akandatang.
Selamat Hari Bangkit ke-65 Pelajar Islam Indonesia
Jakarta, 4 Mei 2012
M. Ridha
Ketua Umum PB PII

0 komentar:

Posting Komentar