SENANTIASA SETIA MELAHIRKAN
KADER PEMERSATU UNTUK MENGHIMPUN KEUNGGULAN BANGSA
Bismillahirrahmaanirrahiim...
Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuhu
Ba’da muqaddimah....
65 tahun yang
lalu, tepatnya 4 mei 1947, kebangkitan pelajar Islam telah memberikan warna dalam
sejarah perjalanan bangsa. Kesadaran akan kebutuhan partisipasi menyeluruh,
dari semua elemen bangsa untuk mengawal Indonesia yang masih muda pada saat itu,
telah mendorong berbagai organisasi pelajar Islam se Indonesia berfusi,
menyatukan diri dalam sebuah wadah perjuangan, Pelajar Islam Indonesia. Semangat
mempertahankan kemerdekaan, mengukuhkan tekad sebagai manusia Indonesia yang
siap menyongsong dunia luas, sebagai sebuah bangsa merdeka, berdiri sejajar
dengan bangsa lain di dunia,menjadi motivasi yang kuat untuk berkorban secara
lahir dan bathin. Banyak sudah para syuhada yang dihantarkan oleh PII dalam
mengawal Indonesia merdeka.
Saudara-saudara PII
se tanah air...
Adalah tidak mudah
untuk menemukan kata merdeka, apatah lagi untuk meraihnya. Ratusan tahun berada
dalam penjajahan bangsa lain. Terjajah sampai pada hal yang paling subtil,
sehingga menemukan arti merdeka, bertauhid, hanyalah atas berkat rahmat Allah
yang Maha Kuasa. Maka kehadiran PII sebagai sebuah gerakan pelajar adalah
bentuk rasa bersyukur yang sangat cerdas dan sangat tepat. Rasa bersyukur yang
bersifat aktif. Rasa syukur yang menggerakkan. Rasa syukur yang diformulasikan
dalam niat menisbahkan diri mengawal bangsa Indonesia merdeka. Dengan mencetak
kader-kader pelajar Islam yang cerdas bersikap, cakap bertindak, dan berkepribadian
muslim, yang akan mengisi perjalanan panjang bangsa dan negara Indonesia
selanjutnya.
Kader- kader PII sekalian..
Warisan formulasi
perjuangan, semangat untuk selalu memberikan yang terbaik untuk bangsa telah
banyak dicontohkan oleh para pendahulu PII. Mereka telah menjalankan
kewajibannya. Itulah amal jariyah mereka yang akan dipertanggungjawabkan dalam
mahkamah sejarah. Generasi sekarang, kita, adalah salah satu mata rantai
sejarah, yang tak kurang tanggung jawabnya seperti mereka. Tantangan bangsa dan
negara kita kedepan menuntut kita untuk terus mengembangkan diri, mengembangkan
organisasi. Sebagai sebuah gerakan, idealisme harus mampu melampaui kenyataan.
Sebagai sebuah gerakan, penglihatan kita harus lebih tajam, pendengaran kita
harus lebih jernih. Harapan Indonesia masa depan berada dipundak kita!
Dengan kesadaran
akan beragamnya bentuk keberIslaman di Indonesia, sekaligus meyakini akan
pentingnya persatuan umat, untuk mendayagunakan segala potensi yang dimilikinya
dalam mencapai izzul Islam wal muslimin,
PII senantiasa menempatkan diri sebagai kader pemersatu. Dengan mengambil
konsensus minimal, persamaan keyakinan kepada Allah sebagai Khalik, dan Nabi
Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasulnya, PII
menegaskan diri sebagai wadah berhimpunnnya para pelajar yang beorientasi pada
hal-hal yang produktif dan bersikap bijak terhadap segala keberagaman yang
tidak prinsipil atau furu’.
Situasi dan
kondisi kebangsaan kita akhir-akhir ini, dan kedepannya, membutuhkan karakter
manusia seperti yang dibentuk dalam organisasi PII. Transisi budaya dunia, yang
mengarah kepada heterogenitas , mempengaruhi cara pandang dan cara bersikap
manusia. Desakralisasi di berbagai level otoritas, terutama dalam institusi
politik dan keagamaan, menandakan menguatnya otonomi individu. Relasi-relasi sosial antara anak dan bapak,
guru dan murid, kiyai dan santri, ulama dan umat, mengalami pergeseran nilai
dan makna.Konflik-konflik sosial, antara satu kelompok dengan yang lain, antara
satu pengikut dengan pengikut yang lain, seringkali mengitari kita. Saling
menebar kebencian menjadi konsumsi kita sehari-hari.
Perilaku yang umum
demikian, kita sadari telah melemahkan daya bangsa ini. Di tengah kompetisi
antara kelompok bangsa di dunia untuk menjadi yang paling unggul di atas muka
bumi ini, kita sebagai bangsa yang berpotensi besar, terlalu banyak
menghabiskan energi untuk menyelesaikan masalah internal.
Sahabat sekalian..
Dengan mengambil
ranah pendidikan dan kebudayaan sebagai lahan garap, PII secara tegas menempuh
jalan radikal. Pendidikan adalah dasar dari segala upaya dalam membangun
peradaban. Misi pendidikan adalah misi profetik atau misi kenabian. Misi yang
berawal dan berakhir untuk membentuk insan kamil. Insan kamil yang menjadi
konsepsi ideal manusia yang akan melahirkan kebudayaan unggul demi mencapai
keselarasan relasi manusia, alam dan Allah swt.
Bangsa yang maju
haruslah memiliki budaya produktif. Persaingan nilai-nilai kehidupan akan
senantiasa berlaku diatas muka bumi. Hanya bangsa yang berkarakter kuat, budaya
yangproduktif, yang mampu menawarkan tatanan untuk mengatasi
persoalan-persoalan kehidupan, yang akan memenangkan pertarungan
PII sebagai tempat
berlatih tidak akan luput dari persaingan. Adaptasi dan inovasi harus terus menerus dilakukan untuk memperkaya
strategi penularan budaya yang kita idealkan.Organisasi adalah tempat kita
mengelola ikhtiar dalam mencapai tujuan mulia, kesempurnaan pendidikan dan
kebudayaan. Kita tidak boleh berpuas diri dengan yang ada. Lingkungan yang
terus berubah menuntut kita untuk selalu berbenah diri.
Masyarakat, sebagai asal dan tujuan kita, adalah wahana belajar yang
luas. Persentuhan yang intensif akan memperkaya pengalaman dan mengasah
kepemimpinan. Diberbagai level organisasi kita, mulai dari Pengurus Komisariat
sampai ke Pengurus Besar, harus memperbanyak persentuhan dengan masyarakat.
Melalui kegiatan perkampungan kerja pelajar, bakti sosial, dan berbagai
kegiatan lainnya, PII akan senantiasa belajar bersama dengan masyarakat. Dengan
jalan inilah karakter cendikia dan pemimpin akan terbentuk.
Indonesia yang
begitu besar ini tak mungkin kita biarkan dikelola sendiri oleh pemerintah.
Persoala pendidikan di Indonesia tidak bisa hanya dipandang sebagai persoalan
departemental semata. Pendidikan adalah persoalan yang ada di setiap lini
kehidupan berbangsa. Sebagaimana kesadaran yang terbangun di dalam diri kader
pii, pendidikan adalah persoalan dari sebelum lahir sampai ke liang lahat.
Untuk itu gerak yang sinergis dengan pemerintah adalah hal yang perlu, tanpa lupa untuk saling
mengingatkan.
Sahabat-sahabatku
kader PII seperjuangan...
Dengan
memperingati harba ke 65 ini,sekali lagi,PII harus hadir sebagai pencerah kehidupan
bangsa. Kader PII adalah kader yang dididik mengedepankan kepentingan yang
lebih besar daripada mempersoalkan perbedaan yang niscaya adanya. Untuk itu,
kader PII, kita, harus bergerak terdepan dalam menghadapi situasi ini.
Kader PII dimanapun
harus mampu memberikan dorongan positif, semangat produktif, dan berkompetisi
berdasarkan prinsip fastabiqul khairat.
Sikap ini harus dimiliki dan digaungkan oleh kader kepada semua elemen bangsa.Kecintaan
dan rasa tanggung jawab terhadap bangsa dan negara ini akan mampu membuka
penglihatan dan pendengaran kita untuk membuka jalan-jalan kemajuan dimasa yang
akandatang.
Selamat Hari
Bangkit ke-65 Pelajar Islam Indonesia
Jakarta, 4 Mei 2012
M. Ridha
Ketua Umum PB PII
0 komentar:
Posting Komentar